Rabu 29 Jul 2015 13:58 WIB

Ini Penyebab Ilmu Hadis di Indonesia Kurang Berkembang

Rep: c 08/ Red: Indah Wulandari
Penulisan hadis (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com/a
Penulisan hadis (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pimpinan Ar-Rahman Qur’anic Learning Center (AQL) Islamic Center Ustadz Bactiar Nasir mengakui bahwa ilmu dan pendidikan hadis di Indonesia jauh ketinggalan bila dibandingkan ilmu Alquran dan fikih.

“Mungkin pada awalnya di Indonesia ini lebih fokus kepada Alquran dan fikih, karena dinilai mungkin banyak diterima dan dibutuhkan di masyarakat,” kata Bachtiar di Mampang Square Jakarta Selatan, Rabu (29/7).

Penyebab rendahnya minat terhadap hadis, disebut Bachtiar, adalah karena jumlah tenaga guru pengajar ilmu hadis yang sedikit. Baik di tingkat madrasah ataupun juga di perguruan tinggi di Indonesia.

“Memang bisa dikatakan kita ini kekurangan guru, atau dosen-dosen spesialis ilmu hadis,” ujar Bachtiar.

Meski rendah peminat, Bachtiar menegaskan bahwa adits sama pentingnya dengan Alquran dan juga ilmu-ilmu Islam lainnya. Sebab menurut Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) ini, mustahil dapat mempelajari ilmu yang terkandung dalam Alquran tanpa dibarengi ilmu hadis.

Sebab ketika zaman Rasulullah dulu, hak prerogatif untuk menafsirkan Alquran adalah Beliau sendiri. Barulah sepeninggal Nabi Muhammad SAW, dalam penafsiran nilai-nilai Alquran, harus dengan penjelasan-penjelasan yang ada di dalam hadis.

“Tidak mungkin kita bisa memahami Alquran, tanpa melalui hadis, karena posisi hadis di hadapan Alquran itu adalah sebagai keterangan dari Alquran,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement