Jumat 17 Jul 2015 11:03 WIB
Lebaran 2015

Din Tegaskan Pentingnya Mengamalkan Islam Jalan Tengah

Warga melaksanakan ibadah Shalat Idul Fitri di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, Jumat (17/7). Seluruh umat muslim di Indonesia menjalankan ibadah Shalat Idul Fitri, 1 Syawal 1436 H dengan serentak pada hari ini.
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Warga melaksanakan ibadah Shalat Idul Fitri di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, Jumat (17/7). Seluruh umat muslim di Indonesia menjalankan ibadah Shalat Idul Fitri, 1 Syawal 1436 H dengan serentak pada hari ini.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan umat Islam perlu mengamalkan wawasan jalan tengah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Wawasan ini merupakan kristalisasi nilai-nilai Islam sebagai "agama jalan tengah"," kata Din dalam khutbahnya yang disampaikan seusai shalat Id di Alun-alun Utara Kota Yogyakarta, Jumat (17/7).

Menurut dia, prinsip jalan tengah atau moderasi dan toleransi merupakan watak Islam yang perlu dikedepankan dalam berkehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. "Karena kita ditakdirkan berada dalam latar dan suasana kemajemukan, baik atas dasar agama suku, bahasa, dan budaya, maupun paham keagamaan dan organisasi kemasyarakatan," kata dia.

Sementara itu, sebagai "umat tengahan", kata dia, umat Islam diserukan untuk memberi kesaksian kepada dunia, yaitu dengan menampilkan bukti kemajuan, kebudayaan dan peradaban. "Islam Jalan Tengah seperti itu mungkin bisa menjadi solusi bagi Indonesia menuju kebangkitan, kemajuan dan keunggulan," kata dia.

Selanjutnya, kata dia, jalan tengah dalam konteks itu pada gilirannya perlu mengkristal menjadi watak bangsa yang merdeka. Adapun watak bangsa merdeka yang perlu dimiliki, diantaranya yakni merdeka dari kebiasaan mementingkan diri sendiri atau kelompok dengan mengedepankan kepentingan publik dan kepentingan bangsa yang lebih luas.

Selanjutnya, kata Din, merdeka dari tirani perasaan benar sendiri serta menjadi anak bangsa yang toleran dan menghargai perbedaan. "Serta merdeka dari kebiasaan korupsi dan mulai bekerja membangun prestasi dan menuai karya dari hasil keringat sendiri," kata ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.

Selanjutnya, Ia mengatakan, pada era modern dan global dewasa ini, setiap Muslim juga dituntut untuk mampu menampilkan komitmen ketauhidan dan kehanifan, yakni berpegang teguh pada nilai agama dan bersikap kosekuen serta konsisten dalam menjalankannya.

"Tentu dengan tidak mengabaikan nilai-nilai positif dari kemajuan zaman karena Islam adalah agama kemajuan dan mendorong pemeluknya untuk berkehidupan yang berkemajuan," kata Din.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement