Kamis 16 Jul 2015 13:30 WIB

'Perbedaan Dewasakan Umat Islam'

Pemantauan hilal awal Ramadhan.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pemantauan hilal awal Ramadhan.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- "Rukyatul Hilal (melihat hilal, atau rembulan penanda awal kalender, secara kasat mata) adalah lahan ijtihad publik," ucap koordinator Rukyatul Hilal PWNU Jatim HA Sholeh Hayat.

Karena itu, perbedaan yang terjadi dalam penetapan awal kalender terkait awal Ramadhan (puasa) dan awal Syawal (hari raya Idul Fitri) dalam pandangannya justru bukan hal yang buruk dan harus diperdebatkan hingga mencederai pihak lain.

"Itu (perbedaan) justru akan mendewasakan umat Islam. Dengan perbedaan justru akan berkembang budaya saling menghargai orang lain. Kalau kita terbiasa dengan perbedaan, maka kita akan semakin dewasa," tukasnya kepada Antara di Surabaya, Jawa Timur, 14 Juli 2015.

Bagi Sholeh, perbedaan juga akan membuat umat Islam melihat saudaranya yang berbeda dengan dirinya secara bijak dan tidak mudah melihat dunia ini dengan cara-cara kekerasan.

"Untuk tahun 2015, saya optimistis akan berpotensi sama dengan tahun sebelumnya yakni hilal akan masuk kriteria 'imkanur rukyat' atau layak dilihat, karena 12 rumus hisab menghasilkan hitungan irtifak hilal (bisa terlihat)," tuturnya.

Ke-12 rumus hisab itu adalah 10 kitab hisab rujukan yang menghasilkan hitungan ketinggian hilal 03,2 derajat sampai 03,29 derajat yakni Khulashoh al Wafiyah, New Comb, Matlaus Said, Durrul Mastlup, Hakiki, Qowaidul Falaqiyah, Tashilul Misatsal, dan Nurul Anwar.

"Dua kitab lainnya yakni Salaf Sullamun Nayyiren dan Fathurrouf fil Manannan, bahkan menghitung ketinggian hilal pada 29 Ramadhan 1436 H mencapai 04,45 sampai 04,59 derajat," ujar politisi NU di DPRD Jatim itu.

Mantan aktivis Ikatan Pelajar NU (IPNU) yang kelahiran Gresik itu menyebut perbedaan akan mungkin terjadi bila ada mendung, namun 61 titik lokasi rukyat di seluruh Indonesia mungkin saja ada yang tidak terhalang mendung.

Namun, walau dari aspek hitungan hisab bahwa hilal sudah dapat dilihat dalam Rukyatul Hilal, nahdliyyin (masyarakat NU) masih memerlukan satu tahap lagi sesuai syariat yakni melakukan Rukyatul Hilal itu.

"Untuk Jawa Timur, Rukyatul Hilal akan dilakukan pada 12 lokasi, yakni Tanjungkodok, Lamongan; Bukit Condro, Gresik; Pantai Ambet, Pamekasan; Pantai Gebang, Bangkalan; dan Pantai Nambangan, Kenjeran, Surabaya," papar tokoh NU yang tinggal di Bangil, Pasuruan itu.

Selain itu, Pantai Serang, Blitar; Pantai Ngliyep, Malang Selatan; Pantai Gili Ketapang, Probolinggo; Pantai Nyamplong, Jember; Pantai Kalbut, Pasir Putih, Situbondo; Tanjung Awar-Awar, Tuban; dan Pantai Srau, Pacitan.

Walau demikian, keputusan terakhir tetap ada pada pemerintah melalui Sidang Itsbat Menteri Agama pada Kamis (16/7) pukul 19.00 WIB. "Insya-Alllah rukyat berhasil di antara 61 lokasi se-Indonesia," timpalnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement