REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kegiatan yang biasa digelar masyarakat Indonesia saat malam takbiran atau malam penyambutan hari raya Idul Fitri disebut sebagai budaya khas Islam di Indonesia, yang tidak ditemukan di negara lain.
"Takbiran boleh-boleh saja, itu merupakan kekhasan Islam di Indonesia, yang bahkan di Arab Saudi tidak ada," kata Ketua Komisi Kerukunan Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Slamet Effendy Yusuf saat dihubungi di Jakarta, Kamis.
Effendi mengatakan, semua kegiatan saat malam takbiran seperti takbir di masjid, takbir keliling dan pawai obor takbir boleh dilakukan, karena hal-hal tersebut merupakan ungkapan kegembiraan masyarakat muslim untuk mencapai Hari Kemenangan setelah sebulan berpuasa.
"Semua kegiatan itu boleh dilakukan, jangan menganggapnya sebagai hal yang berlebihan. Karena pada dasarnya, umat muslim sedang bergembira karena akan kembali fitroh (suci) dan perayaan tersebut tidak menghilangkan makna dalam menyambut Idul Fitri," ujarnya.
Menurutnya, yang perlu dilakukan adalah memfasilitasi kegiatan malam takbiran dengan pengamanan yang cukup, menjaga ketertiban dan arahan yang jelas tentang keselamatan.
Terkait perayaan malam takbiran yang diisi dengan kegiatan negatif, Effendy meyakini bahwa masyarakat muslim sebenarnya tidak akan melakukan hal-hal tersebut dalam menyambut Idul Fitri.
"Yang tidak boleh itu kan seperti mabuk-mabukan dan semacamnya, tapi saya yakin yang betul-betul Muslim tidak akan melakukan hal itu," ujarnya.