REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siroj bersyukur gagasan Islam Nusantara yang dijadikan tema besar Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama, 1 – 5 Agustus mendatang menjadi perhatian internasional.
“Saya dengar PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) sampai menggelar diskusi khusus tentang Islam Nusantara. Alhamdulillah, Islam Nusantara bisa diterima dunia internasional,” kata Kiai Said di Jakarta, Rabu (8/7).
PBB menggelar diskusi membahas wajah Islam moderat di Indonesia di markas besar mereka di New York, Amerika Serikat, Selasa (7/7) waktu setempat. Diskusi yang digagas oleh perwakilan tetap Indonesia di PBB ini diikuti oleh pemuka agama, pengamat, diplomat, serta tokoh masyarakat.
“Ini membanggakan,” lanjut Kiai Said.
Lebih lanjut Kiai Said meminta pihak-pihak di luar NU, khususnya yang terus mempertanyakan gagasan Islam Nusantara, untuk tidak lagi memperdebatkan.
“Saya tegaskan lagi Islam Nusantara bukan agama baru, bukan juga aliran baru. Dan yang paling penting Islam Nusantara tidak akan mengajarkan seseorang menjadi radikal, tidak akan mengajarkan permusuhan dan kebencian,” tegasnya.
Dalam diskusi tentang Islam Nusantara di PBB, Dr. James B. Hoesterey dari Universitas Emory di Atlanta, Georgia, menganggap Islam Nusantara sebagai gagasan yang layak dicontoh oleh dunia internasional.
“Sebagai seorang antropolog yang sudah lama melakukan penelitian di Indonesia, saya senang bahwa dunia luar dan wakil-wakil serta duta besar dari negara masing-masing dapat mendengarkan sedikit lebih dalam mengenai Islam di Indonesia yang mungkin tidak sama dengan Islam di negara mereka, misalkan Arab Saudi. Kalau kita lihat ke depan, mungkin Indonesia bisa menjadi contoh,” kata Dr. James.
Sementara Dr. Chiara Formichi, pakar sejarah Islam di Indonesia dari Universitas Cornell di Ithaca, New York, mengatakan banyak pelajaran yang bisa dipetik dari Islam di Indonesia.
“Gagasan Islam Nusantara sangat erat dengan budaya dan sejarah Indonesia. Saya tidak tahu bisa diterapkan di negara lain atau tidak, tetapi yang jelas bisa menjadi contoh untuk mengerti mengapa seseorang memeluk Islam,” katanya.