REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kehadiran budayawan nasional Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun pada kegiatan 'Sinau Nuzulul Quran' di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Ahad (5/7) malam, benar-benar memberi warna baru bagi warga Kota Malang. Itu terlihat jalannya acara sangat cair karena Cak Nun mampu meleburkan pengkotak-kotakan Islam secara sektarian menyatu dalam nilai-nilai universal Alquran.
“Partai politik itu yang bikin siapa, manusia. Muhammadiyah itu yang bikin siapa, manusia. NU (Nahdlatul Ulama) itu yang bikin siapa, manusia. Islam itu yang bikin siapa, Allah. Alquran itu yang bikin siapa, Allah. Makanya ojo dumeh (jangan mentang-mentang). Kita sebagai manusia jangan merasa yang paling benar,” kata Cak Nun.
Bagi Cak Nun, Muhammadiyah dan NU bisa menjadi kekuatan keagamaan terbesar yang mampu mengalahkan kekuatan apapun. “Yang penting Muhammadiyah kompak, NU kompak, dan masing-masing tau perannya apa bagi bangsa dan peradaban,” ujarnya.
Bahkan, Cak Nun menilai bahwa Muhammadiyah dan NU itu sebenarnya tidak ada bedanya, karena Muhammadiyah itu artinya berkarakter Muhammad sementara NU bermakna kebangkitan ulama.
“Jadi kalau sudah ikut Muhammadiyah, otomatis jadi NU, jadi ulama. Sebaliknya, kalau ikut NU puncaknya ya jadi Muhammadiyah, berkarakter Muhammad. Jadi ayo bareng-bareng bangun Indonesia,” tuturnya yang disambut applause ribuan hadirin.
Terlebih, kata Cak Nun, Muhammadiyah dan NU akan sama-sama mengadakan Muktamar pada Agustus mendatang. “Semoga pada Muktamar nanti terpilih para panglima jihad yang siap melakukan revolusi kebaikan bagi segenap umat,” harapnya.
Lebih lanjut, Cak Nun menjelaskan, aktualisasi nilai-nilai Alquran bisa dilakukan dengan banyak cara. “Memberi nafkah pada keluarga, menolong orang lemah, membangun kampus yang menjadi laboratorium generasi pemimpin dunia, itu sama saja mengamalkan Alquran. Saya doakan, saya mohon pada Allah agar pahalanya dinilai sama dengan yang mengkhatamkan Alquran.”