REPUBLIKA.CO.ID, oleh Balai Litbang Agama Jakarta*
Tantangan pondok pesantren di era globalisasi sangat kompleks. Pesantren diharapkan memberikan layanan lebih cepat, lebih berkualitas, dan lebih menguntungkan disamping tuntutan terhadap alumni harus bisa menenuhi kebutuhan hidup. Untuk mempertahankan kemandirian dan kelangsungan pendidikan pesantren para Kyai dalam memenuhi kebutuhan pembiayaan umumnya membuka unit usaha yang sesuai dengan potensi yang ada.
Berlatar belakang ini, Balai Litbang Agama Jakarta pada tahun 2012 meneliti model pendidikan kecakapan hidup berwawasan kemandirian dan potensi local pada Pondok Pesantren dengan mengangkat kasus pada 7 wilayah sasaran penelitian. Sasaran penelitian meliputi Jawa Barat, Banten, Lampung, Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara dan Aceh.
Alumni pondok pesantren diimbau lebih siap dalam memasuki kehidupan nyata. Untuk meningkatkan mutu kecakapan hidup di pondok pesantren, Kementerian Agama disarankan untuk memberi pelayanan pengembangan kurikulum. Selain itu perlu juga adanya pelengkapan sarana dan bahan ajar berupa modul serta melatih tenaga pengajarnya, dan memandu pondok untuk membuka hubungan kerja pendidikan kecakapan hidup dengan dunia usaha dan dunia industri setempat.
Kepada pengelola pondok disarankan juga untuk mengembangkan kurikulum kecakapan hidup yang mengantisipasi kebutuhan santri setelah terjun/masuk pada lapangan kerja. Untuk itu, membuka hubungan kerja dengan industri setempat meningkatkan kerja sama dengan serta BLK yang telah terjalin selama ini.
Penelitian tentang model pendidikan kecakapan hidup pada pondok pesantren dapat disimpulkan sebagai Berikut:
-Pendidikan kecakapan hidup di pesantren diberikan pada santri secara rombongan sesuai dengan kemauan santri. Jenis kecakapan hidup di sesuaikan dengan bahan baku yang tersedia (pertanian, peternakan, perikanan, tata busana, tata boga, menjahit, dll)
-Pelatih pendidikan kecakapan hidup dilaksanakan oleh santri senior yang menurut pandangan Kyai sudah mumpuni dibawah monitoring kyai, sesekali dipandang kyai perlu peningkatan diminta bantuan tenaga pelatih dari dinas terkait atau BLK setempat.
-Bahan ajar sangat mengandalkan pengalaman pelatih dan kemampuan menjelajah materi melalui internet, belum terstuktur dalam bentuk administrasi pembelajaran yang baku secara tertib.
-Pendidikan kecakapan hidup telah berhasil membekali sebagian santri keterampilan dalam usaha pertanian, peternakan, perikanan, tata busana, tata boga, menjahit dan koperasi.
*H. Huda Ali, Nur Alia, Amin Thaib BR,Juju Saepudin, Sumarsih Anwar, Mulyana, Lisa’diyah Ma’rifataini, Neneng Habibah, Nursalamah Siagian, Ibnu Salman, Saimroh, Abdul Basid.