REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO -- Ibadah selama Ramadhan dijanjikan pahala yang berlipat ganda. Sayangnya, tidak banyak umat Muslim yang kemudian istiqomah melaksanakan ibadah yang sama pada bulan-bulan lainnya.
“Saya bertemu dengan teman, saat itu ia berjilbab. Kemudian, saya mendoakan agar dia selalu diberi keistiqomahan dalam memakai jilbab. Tapi, dia menjawab kalau dia hanya memakai jilbab sementara saja selama bulan Ramadan,” kata penulis Muslim Yomna El-Saeed dilansir Onislam.net, Jumat (19/6).
Bukan itu saja, ia kerap melihat sesama Muslim beriktikaf di masjid dan intens membaca Alquran di bulan suci saja, Fenomena tersebut kemudian diidentifikasinya sebagai ibadah musiman.
Misalnya, imbuh Yomna, di Mesir ada tradisi ketika orang-orang berlomba-lomba menyiapkan makanan untuk orang miskin dan warga pendatang. “Sayangnya, kegiatan ini berakhir seiring berakhirnya bulan Ramadhan,” cetusnya.
Yomna berpendapat bahwa bulan Ramadhan sebagai sebuah bulan istimewa. Sehingga umat Muslim menjadikannya sebagai bulan panen kebaikan. Namun, ujarnya, umat Muslim seakan tidak menganggap bulan lainnya tidak perlu melakukan kebaikan seperti yang mereka lakukan di bulan Ramadan.
“Kita selalu memaafkan kesalahan orang lain di bulan Ramadan dan menjalaninya dengan kegiatan keagamaan yang kental. Kita harus memperbaiki kesalahan persepsi tentang Ramadhan dan kita juga harus selalu meningkatkan perbuatan baik meski di luar bulan Ramadan,” jelasnya.