Selasa 09 Jun 2015 15:36 WIB

Keluhuran Alquran dalam Mushaf Sundawi

Rep: mj05/ Red: Agus Yulianto
Membaca Alquran.   (ilustrasi)
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Membaca Alquran. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JATINANGOR -- Masyarakat, terutama yang beragama Islam, tentu akrab dengan kitab AlQuran terjemahan bahasa Indonesia. Di Bandung saja, AlQuran terjemahan bahasa Indonesia dapat dengan mudah ditemukan di toko-toko buku besar hingga toko buku pinggir jalan dan emperan. Namun, hanya sedikit masyarakat Jawa Barat yang tahu bahwa sebenarnya sudah ada mushaf AlQuran Sundawi.

Mushaf Sundawi adalah Mushaf Al Quran yang iluminasinya dalam bahasa Sunda. Mushaf ini sudah lama dibuat, yaitu pada 1995 dan selesai pada 1997. Salah satu panitia penyusunan Mushaf tersebut Prof Dr I Syarief Hidayat MS. Dia mengaku, ide awal dari pembuatan mushaf Sundawi tersebut terinspirasi dari mushaf  Istiqlal.

“Sebenarnya bukan pikiran saya saja, tapi awalnya itu, kita pada 1995. Setelah terjadinya Festival Istiqlal ke-2. Dan juga yang pertamanya menghasilkan mushaf Istiqlal yang sekarang dimuseumkan di museum Istiqlal. Dan saat itu kita terpikir untuk membuat pula mushaf yang khas untuk tatar sunda. Dan saya mengusulkan waktu itu jadinya mushaf Sundawi,” ujar Guru Besar Bahasa Arab Unpad tersebut ketika ditemui di kampus Pascasarjana FIB Unpad, (9/6).

Dengan mushaf Sundawi tersebut, Syarief mengaku, ingin membentuk suatu citra bahwa Sunda itu Islami, sehinga antara Islam dan Sunda, tidak bisa dipisah. Alwuran tersebut, menurut dia, dibuat dengan iluminasi bahasa Sunda.

Syarieff mengungkapkan, tujuan awal dari pembuatan mushaf Sundawi adalah untuk menunjukkan keluhuran-keluhuran Al1uran yang bergabung dengan budaya Sunda. Dia ingin menunjukkan bahwa masyarakat Sunda menjunjung tinggi Alquran.

“Saya juga ingin menunjukkan bahwa Alquran diterima dalam lingkup budaya Sunda dengan baik. Itu yang menjadi tujuan awal, sebenarnya,” ujarnya.

Hanya saja, Syarief menyangsikan bahwa masyarakat tahu akan adanya mushaf Sundawi ini. Hal ini dikarenakan tidak pernah ada publikasi mengenai mushaf Sundawi yang telah dibuat lebih dari sepuluh tahun lalu tersebut.

“Hanya, ya itu, sejauh mana masyarakat mengetahui hal itu, saja juga tidak tahu. Karena kita tidak pernah ada pameran, pameran-pameran budaya Sunda misalnya. Sedikit sulit, barangkali berkaitan dengan pendanaan dan lain sebagainya,” katanya.

Penyusunan mushaf Sundawi tersebut, biayanya seratus persen ditanggung Pemprov Jabar. Karena itu, menjadi hak pemprov. Dia mengaku, sudah mengusulkan untuk membuat Mushaf Sundawi ini menjadi buku pegangan para jamaah Haji asal Jabar.

Selain itu Syarief juga mengusulkan untuk diberikan pada swasta saja untuk diperbanyak. “Kalau memungkinkan, malah, kalau diizinkan, Pemda itu menyerahkan saja ke swasta, supaya bisa disebarluaskan dan bisa dibeli oleh masyarakat,” katanya

Mushaf Sundawi, menurut Syarief, sudah pernah satu kali dirancang untuk disebarluaskan ke masyarakat, sayangnya gagal di percetakan. Saat ini, mushaf Sundawi tersebut disimpan di Pusdai Bandung dan di Fakultas Ilmu Budaya Unpad. n

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement