REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Diskriminasi yang dialami Ahmad Tahera, seorang aktivis Muslim Amerika, di pesawat United Airlines telah menuai badai protes dari masyarakat. Lewat media sosial, para aktivis Muslim menyebut insiden itu tidak dapat dimaafkan.
Beberapa orang mengancam akan memboikot United Airlines, sementara yang lain menunjukkan dukungan lewat hashtag #unitedfortahera.
“Saya telah terbang sejauh lebih dari 130.000 mil dengan United Airlines. Saya akan beralih ke tempat lain jika #UnitedAirlines tidak #unitedfortahera @Tahera Ahmad, kami berdiri bersamamu,” kicau Penyanyi Muslim Amerika, Raef, dilansir dari onislam.net, Senin (1/6).
“Saya tidak akan pernah terbang lagi dengan #UnitedAirlines sampai mereka belajar bagaimana untuk tidak melakukan diskriminasi #united fortahera,” tulis pengguna twitter lain.
Juru Bicara United Airlines, Charles Hobart mengatakan, maskapainya sangat mendukung keragaman dan inklusif.
“Kami dan mitra kami tidak mendiskriminasi karyawan atau pelanggan,” ujar United Airlines dalam sebuah pernyataan setelah kejadian itu. Pihaknya mengaku telah menjelaskan insiden itu dan menyampaikan permintaan maaf kepada Ahmad Tahera.
Ahmad diakui oleh Gedung Putih tahun lalu sebagai salah satu perempuan Muslim terkemuka di Amerika Serikat. Sebelumnya, dia juga menghadiri jamuan Ramadhan yang diselenggarakan oleh Presiden Barack Obama.
Ahmad mengaku, ini bukan insiden pertama yang ia alami. Ia pernah diludahi dan dirobek jilbabnya pasca peristiwa 11 September 2001. “Kali ini, saya diperlakukan sebagai ancaman bagi semua orang di atas ketinggian 30 ribu kaki dan diberitahu bahwa saya bisa menggunakan kaleng Diet Coke sebagai senjata,” kisahnya.