Ahad 17 May 2015 13:49 WIB
Kontroversi Nada Membaca Alquran

Tak Perlu Tonjolkan Langgam Daerah dalam Bacaan Alquran

Rep: c93/ Red: Agung Sasongko
Jamaah tengah membaca Alquran
Foto: Antara
Jamaah tengah membaca Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua PP Muhammadiyah Prof. Yunahar Ilyas mengungkapkan, tidak ada perlunya membaca Alquran dengan gaya Jawa, Sumatera, Ambon, dan lain sebagainya. Sebab, bahasa Alquran itu adalah bahasa Arab, maka tidak boleh lupa bahwa yang dibaca adalah bahasa Arab, bukan bahasa Melayu atau pun bahasa Jawa.

 

Baca Juga

“Ini bahasa Arab, jangan dibaca dengan lagu yang tidak mencerminkan bahasa Arabnya. Nanti gaya Cina beda lagi nanti,” kata dia kepada ROL, Ahad (17/5).

 

Yunahar memaparkan, dilihat dari hukum membaca AlQuran, yang tidak bisa ditawar itu memang hanya Makhraz dan Tazwid. Tapi, sesuatu yang boleh pun bisa jadi tidak boleh jika itu dirasa tidak pantas dijalankan.

 

Dia melanjutkan, jika hanya untuk memperkaya  budaya, tidak perlu menonjolkan lagam daerah dalam membaca Alquran. Sebab, menurutnya bahasa Al Quran itu adalah bahasa yang universal yang diciptakan untuk seluruh Umat islam di Dunia.

 

“Gak perlu ditonjolkan Jawa dan lain sebagainya, malah nanti lupa kalau Al Quran itu petunjuk. Malah dikira lagu Jawa saja,” tambah dia.

 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement