Jumat 15 May 2015 14:55 WIB

Menag Tegaskan Netral dalam Muktamar NU

Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Syaifuddin
Foto: ROL/Fian Firatmaja
Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Syaifuddin

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin menegaskan, tidak akan terlibat kegiatan dukung mendukung dalam Muktamar Nahdlatul Ulama yang diselenggarakan pada bulan Agustus mendatang.  

 

“Pemerintah tidak akan memasuki area atau wilayah yang bukan menjadi domainnya. Muktamar itu miliknya Nahdlatul Ulama, begitu juga dengan Muhammadiyah dan Mathlaul Anwar yang juga akan menggelar Muktamar dalam waktu yang bersamaan,” tegas Lukman seusai acara Muzakarah dan Silaturahim Penyatuan Kalender Hijriyah di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Kamis (14/5).

 

Dikatakan oleh Lukman, pihaknya juga tidak akan menggiring kandidat tertentu untuk terpilih menjadi pimpinan NU.

“Pemerintah bukan dalam posisi ikut menentukan figur-figur tertentu untuk terpilih menjadi pemimpin ormas, dan harapannya tentu yang terpilih adalah figur terbaik,” ungkapnya.

 

Ditanya mengenai keberadaan sejumlah Kepala Kantor Wilayah dan Cabang Kementerian Agama di sejumlah daerah yang merupakan pimpinan NU setempat, Lukman memerintahkan kepada jajarannya tersebut bersikap netral.

 

“Jika ada figur-figur di Kementerian Agama ikut dalam Muktamar itu sifatnya pribadi sebagai Muktamirin (peserta Muktamar), itu hak mereka. Tapi saya tegaskan lagi, bukan menjadi domain Kementerian Agama untuk terlibat dalam menentukan siapa pimpinan NU mendatang,” tegas Lukman.

 

Muktamar adalah forum permusyawaratan tertinggi di organisasi kemasyarakatan Nahdlatul Ulama. Selain membahas hal-hal berkaitan dengan organisasi dan kebangsaan, Muktamar juga menjadi ajang pemilihan pemimpin NU mendatang.

 

Muktamar NU ke-33 akan diselenggarakan di Jombang, Jawa Timur, pada tanggal 1-5 Agustus 2015.

Sejumlah nama telah muncul ke permukaan sebagai kandidat Rais ‘Aam dan Ketua Umum PBNU, antara lain KH Mustofa Bisri, KH Hasyim Muzadi, KH Said Aqil Siroj, dan KH Salahuddin Wahid.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement