Kamis 07 May 2015 14:25 WIB

Wajah Dunia di Tangan Pemuda Muslim (2-habis)

Rep: c71/c94/ Red: Damanhuri Zuhri
Pemuda Muslim
Pemuda Muslim

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut Shaarik Zafar, Islam tidak memiliki hubungan dengan terorisme apalagi mengajarkan pemeluknya menjadi teroris.

“Tantangan yang kita hadapi baik AS dan Indonesia adalah kelompok yang memberi reputasi buruk pada Islam. Mereka bahkan merekrut anak-anak muda dan mencuci otak,” kata pria kelahiran Pakistan ini.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak menilai saat ini masih banyak pekerjaan rumah dalam meningkatkan pemberdayaan pemuda.

Dahnil Anzar Simanjuntak menilai saat ini Muslim Indonesia, khususnya pemuda, memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan.

Citra Islam, kata Dahnil, bahkan bisa menjadi lebih baik jika Muslim berbicara banyak di media. “Saat ini dunia Barat melihat Islam lewat Timur Tengah, jarang melalui Indonesia. Padahal, Indonesia bisa menjadi kiblat,” ujar Dahnil

Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Bogor Zaenul Mutaqin mengatakan, negara harus lebih banyak memberi peran kepada para pemuda.

Hal ini agar energi dan potensi pemuda bisa tersalurkan dengan cara yang positif. “Banyaknya aktivitas negatif pemuda karena pemuda kurang dilibatkan,” kata Zaenul.

 

Zaenul mengatakan, pemerintah perlu mendorong peran organisasi kepemudaan yang sekarang dirasa belum maksimal. Dengan begitu pemuda bisa memberdayakan diri di tengah minimnya lapangan kerja.

GP Anshor, menurut Zaenul, kerap mengadakan kegiatan keislaman yang salah satunya bertujuan menanggulangi dampak negatif teknologi. “Seluruh kegiatan bersifat positif dan berkaitan dengan pendalam Islam.”

Peneliti Study of Terrorism and Responses to Terrorism (Start) Alejandro Beutel menyarankan ulama memperbanyak dakwah yang menarik minat pemuda.

Ia mencontohkan, film, musik, atau game bisa menjadi alat yang mampu menarik perhatian pemuda. Pemuda, kata Beutel, cenderung mengikuti hal yang menurut mereka keren.

Beutel menyatakan, saat ini banyak pemikiran radikal berawal dari obrolan pemuda. Menurutnya, gagasan yang muncul antarpemuda lebih berpengaruh.

Sebab, pemuda akan berpikir dengan cara mereka sendiri, begitu juga dengan orang tua. Sehingga, perbedaan pola pikir kerap terjadi. "Ulama perlu tahu cara menarik pemuda. Ini juga masalah yang dihadapi AS," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement