REPUBLIKA.CO.ID, Banyaknya keturunan Yaman yang kemudian menetap dan berdomisili di Indonesia, memunculkan fakta menarik. Di antaranya terkait dengan islamisasi Nusantara dan tentunya adalah hubungan sejarah yang mengikatkan Indonesia dan Yaman secara emosional dan kultural.
Idrus Alwi al-Masyhur dalam “Sejarah, Silsisah dan Gelar Keturunan Nabi Muhammad SAW” mengatakan pada abad ke-11 M, para keturunan Rasul yang berasal dari jalur anak-cucu Imam al-Muhajir, banyak yang berhijrah ke luar Yaman.
Selain untuk perdagangan, tentu juga melakukan islamisasi. Mereka menyebar di Asia Tenggara. Termasuk Indonesia. Bahkan beberapa di antaranya ada yang mendirikan kerajaan, seperti Kesultanan al-Qadri di Pontianak dan as-Syahab di Siak.
Gerakan Islamisasi oleh keturunan Rasul itu berlanjut. Mengutip Natalie Mobini Kesheh dalam “Kebangkitan Hadhrami di Indonesia”, gelombang eksodus keturunan Yaman (Hadrami) tersebut, berlangsung pada abad ke-18 M. Mereka menempati berbagai kepulauan di Asia Tenggara.
Di Indonesia, tempat awal mereka singgah adalah Aceh, lalu Palembang (Sumatera Selatan), atau pontianak Kalimantan.
Diperkirakan sejak 1820 muncul koloni-koloni para Hadrami itu. Menurut Sensus Belanda pada 1859, jumlah mereka cukup berarti mencapai 7786 jiwa di Jawa dan Luar Jawa. M
ayoritas mereka adalah keturunan Hadramaut. Aceh tidak termasuk sensus, lantaran ketika itu kawasan tersebut belum manjadi jajahan Belanda. Kesuksesan Hadrami yang berketurunan ke Rasulullah itu, antara lain terbukti dengan keberhasilan Sayyid Abdurrahman a-Zahir di Utara Sumatara.