REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Islam maupun organisasi Islam wajib bersinergi dalam melawan pengerusakan yang terjadi di Indonesia. Dalam hal ini, tokoh ulama dan aktivis Islam menyuarakan dengan da’wah bil hal yang diharapkan mampu menahan laju ekonomi pasar yang dapat merusak alam.
“Bukan perlu melaikan wajib hukumnya bagi seluruh umat Islam.” cetus Moestaqiem Dahlan, Dewan Daerah Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Wahli) saat dihubungi ROL, Senin (6/4).
"Qotaba Qodzaralbafasada filbahri walbari bima qosabat aidinas" sudah jelas berangkat dari satu ayat itu bahwa kerusakan darat dan laut akibat tangan manusia. Menurutnya, keseimbangan alam harus tetap terjaga. Sebab, di samping hambluminallah perlu diselaraskan dengan hamblum minanas.
"Jika hubungan vertikal manusia dengan tuhannya terjaga dengan baik, hendaknya ia menjaga hubungan horizontal antar sesama manusia maupun dengan seluruh alam dan mahluknya meski atas nama manusia dan kebutuhannya," kata dia.
Kerusakan lingkungan, kata dia, dianggap sebagai kemungkaran sehingga sudah seharusnya siapa yang melihat kemungkaran itu hendaklah ia merubah dengan tangannya. Jika tidak mampu melakukan dengan tangan maka pergunakanlah lisannya.
Artinya, Dahlan melanjutkan, upaya itu dilakukan dengan tangan sendiri atau dilakukan dengan kekekuasaan. Alasan itu menjadi alasan Walhi untuk menghentikan pengrusakan lingkungan dengan upaya advokasi, kampanye,pendidikan . Sehingga upaya dengan tangan ini dilakukan sebagai bentuk pencegahan seperti turun aksi sudah mulai demo, melakukan lewat Organisasi Rakyat melakukan investigasi di lapangan.
“Nah ketika tidak mampu dengan tangan kita ubah dengan lisan kita dengan berdoa dan mengelus dada. Tetapi perlu diketahui bahwa perbuatan itu adalah selemah-lemah iman,”ungkapnya.