Senin 30 Mar 2015 08:20 WIB

Dari Makkah, Menggerakkan Sedekah untuk Masjid di Papua (1)

Rep: irwan kelana/ Red: Damanhuri Zuhri
Masjidil Haram di Makkah, Arab Saudi.
Foto: Antara/Prasetyo Utomo/ca
Masjidil Haram di Makkah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Bagi kaum Muslimin di Jawa pada umumnya, tidak sulit mencari tempat ibadah. Masjid dan mushalla bertebaran di mana-mana.

Tidak demikian halnya dengan di Papua. Di wilayah paling timur Indonesia itu masih banyak daerah yang belum ada masjidnya. Termasuk di antaranya daerah Mappuru Jaya, Timika, Papua.

Hal itulah yang mendorong Pimpinan Pondok Pesantren Istana Yatim Bekasi, Jawa Barat, Ustadz Nurul Huda mengajak para sahabat Istana Yatim dan kaum Muslimin pada umumnya mengumpulkan dana untuk membangun masjid di  Mappuru Jaya tersebut.

Apalagi selama Ramadhan 1436 H lalu, sekitar dua minggu dai yang biasa dipanggil Ustadz Enha tersebut berdakwah di Papua.

Caranya bukan dengan mengirimkan proposal ke sana ke mari. Sebab, seperti tekadnya sejak awal mengembangkan Istana Yatim, Enha tidak mau menyebar proposal.

Dia hanya mau menggunakan Black Berry Messenger (BBM). Begitu pula dalam mengumpulkan dana untuk membangun masjid di Mappuru Jaya tersebut.

Akhir pekan lalu, saat menunaikan ibadah umrah di Tanah Suci, Ustadz Enha terkejut saat bertemu dengan para penggerak dan pengurus masjid tersebut di Makkah.

''Subhanallah. Tidak terduga saya bertemu dengan para jamaah dan pengurus masjid dari Papua di sini, di Tanah Suci ini,'' ungkapnya kepada Republika, Ahad (29/3). 

''Bu Farida yang didapuk sebagai ketua panitia pembangunan Masjid Al-Mar’rifat menuturkan penuh haru perjuangan membangun masjid di Mappuru Jaya, Timika, Papua,” kata Enha melanjutkan.

Ia kemudian mengutip pernyataan Farida, “Alhamdulillah Ustadz, bantuan dari sahabat Ustadz di BB sangat membantu kelancaran pembangunan masjid setelah saat itu setahun lebih mandek karena keterbasan dana. Sekarang sudah 60 persen lebih dan yang mendesak kubah utama, karena saat ini bagian tengah masih ditutup seng, kalau hujan suka bocor.”

Farida mengungkapkan kepada Enha, teman-temannya yang muallaf asal Suku Kumoro yang berjumlah 13 orang sekarang intens belajar Islam setiap Jumat.

“Bu Farida juga mendesak saya soal Istana Yatim Cabang Papua agar segera dibangun. Tanah seluas tujuh hektar sudah disiapkan di sana. Bu Farida mengatakan kepada saya, ‘Kami butuh pesantren, Ustadz, agar cahaya Islam bisa menerangi Mappuru Jaya,” tutur Enha.

Mendengar permintaan Farida, Enha pun menjawab, “Ya, Bu, insya Allah semua impian kita akan pesantren di Mappuru akan terwujud. Saya masih fokus penyelesaian masjid  dan asrama putri di Istana Yatim Bekasi. Segera setelah ini kita akan ke Mappuru, semoga Allah SWT memudahkan semuanya.”

Namun, begitu mendengar Masjid Al-Ma’rifat masih bocor bila hujan, Enha mengaku terharu. “Rasanya ingin membantu, meskipun masjid di Istana Yatim Bekasi juga belum selesai. Karena itu, dari Kota Makkah Al-Mukarramah ini saya mengajak para sahabat Istana Yatim untuk menyelesaikan dulu kubah Masjid Al-Ma’rifat Mappuru yang menurut Bu Farida butuh Rp 130 juta,” paparnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement