REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Abdullah Syam mengatakan, ada banyak sarana dakwah yang bisa dimanfaatkan untuk menangkal masuknya pengaruh radikalisme. Ia menyebutkan bisa saja melalui khutbah Jumat, melalui forum ceramah-ceramah, melalui diskusi keislaman, dan forum-forum lainnya.
“Banyak sarananya untuk mencegah pengaruh radikalisme,” kata Abdullah kepada ROL, Senin Malam.
Akan tetapi, dalam hal ini, menurut Abdullah harus ditekankan kepada tokoh agama atau ulama yang menyampaikan tausiah agar memberi pemahaman yang sesuai dengan konteks Islam yang rahmatan lil alamin. Yaitu Islam yang cinta dengan kedamaian, ketentraman, dan menjauhi tindakan-tindakan kekerasan.
“Pemahaman itu aja yang kita tekankan melalui tokoh-tokoh agama kita. Bahwa Nabi kita Muhammad SAW tidak pernah ajarkan kekerasan, Islam yang cinta damai. Maka pemahaman radikal bisa kita cegah,” ujar Abdullah.
Tidak hanya kepada pendakwah, Abdullah juga meminta masyarakat untuk aktif melaporkan kepada pihak kepolisian, kepada pemerintah atau pun tokoh masyarakat bila adanya upaya penyebaran paham radikalisme. Sebab, untuk hal ini, menurut dia harus dilakukan kerjasama dari smua pihak agar tidak ada lagi gerakan radikal yang muncul di Indonesia.
Abdullah menganggap penyebaran pengaruh radikal sangat berbahaya bagi keamanan negara, apalagi pemahaman tersebut merasuki pemikiran masyarakat awam yang belum paham konsep keislaman yang sesungguhnya. Maka dari itu, menurut dia untuk pencegahan pengaruh radikal ini menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, ulama, tokoh masyarakat dan pihak penegak hukum.