REPUBLIKA.CO.ID,Masjid-masjid yang didirikan di daerah-daerah yang tunduk pada kekuasaan Islam tidak lama setelah Nabi Muhammad SAW wafat, mempunyai fungsi yang tidak banyak berbeda dengan fungsi masjid di Madinah.
Masjid-masjid itu tetap sebagai pusat pemerintahan dalam bidang sipil dan militer. Sewaktu kota Basrah didirikan pada 635 M sebagai markas militer, sebuah masjid ikut didirikan di tengah-tengahnya dengan tempat tinggal sang panglima yang saling berhadap-hadapan.
Demikian pula di Kufah, suatu tempat dekat Basrah. Bentuk lanskapnya didirikan serupa seperti di Basrah atas permintaan Khalifah Umar bin Khatab.
Tempat tinggal panglima, kemudian disatukan dengan masjid Kufah. Pola yang dipakai Amir bin Al-Ash dalam mendirikan fustat di Mesir sama dengan pola Basrah dan Kufah. Rumah panglima, seperti tempat tinggal Rasulullah berada di sebelah timur. Masjid-masjid tersebut tetap sebagai tempat kegiatan panglima, sebagai penguasa sipil dan militer.
Dalam perkembangan selanjutnya, tempat tinggal amir atau gubernur tetap berada di dekat masjid, dan masjid tetap merupakan tempat kegiatan pemerintahan. Tempat tinggal amir tidak bisa jauh dari masjid.
Perubahan terjadi pada masa pemerintahan Bani Abbas. Ketika Bagdad dibangun pada 762 M., didirikan istana sebagai pusat kegiatan pemerintahan. Masjid tidak lagi merupakan pusat kegiatan politik dan militer.
Tetapi, masjid terus merupakan tempat khalifah atau amir menyampaikan pengumuman-pengumuman penting kepada rakyat. Lambat laun Masjid putus hubunganya dengan kegiatan politik, dan mulai menjadi pusat peribadatan dan ilmu pengetahuan saja.
Dalam perkembangan selanjutnya, fungsi pokok yang tinggal bagi masjid ialah fungsi menampung kegiatan sholat. Dan pada masa sekarang fungsi masjid menjadi semakin terbatas, yakni sholat Jumat dan sholat tarawih pada bulan Ramadhan.
Dari uraian sejarah singkat itu terlihat bahwa masjid pada dasarnya tidak hanya merupakan pusat peribadatan. Tetapi juga merupakan pusat kegiatan-kegiatan sosial politik.
Masjid dengan berbagai macam fungsinya itu, pada masa silam merupakan pusat pembangunan umat Islam, bukan saja pada masa Nabi Muhammad SAW di Madinah, tetapi juga pada masa pembangunan umat Islam di semenanjung Arabia, seperti Suriah, Irak, dan Mesir.
Pembangunan yang memusatkan pemimpin dan pengarahanya di masjid itu telah melahirkan peradaban Islam yang tinggi pada abad kedelapan dan abad-abad selanjutnya.