Kamis 12 Mar 2015 10:25 WIB

Hadapi MEA, Pemuda Muslim Harus Tingkatkan Kompetensi

Rep: Amri Amrullah/ Red: Indah Wulandari
Aktifis tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) melakukan doa bersama saat aksi simpatik di Bundaran HI, Jakarta, Selasa (22/12).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Aktifis tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) melakukan doa bersama saat aksi simpatik di Bundaran HI, Jakarta, Selasa (22/12).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kompetensi pemuda Muslim masih dianggap belum mumpuni menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Namun, sisi religiusitas perlu ditingkatkan pula untuk memfilter dampak negatifnya.

"Itu bila kesiapan menghadapi MEA diukur dari tingkat pendidikan kita belum siap," ujar Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) Aminuddin Ma'ruf, akhir pekan lalu.

Ia mengakui memang bila dilihat dari tingkat pendidikan angka usia produktif angkatan kerja dalam hal ini anak muda Indonesia, masih lebih rendah dibanding Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Dari sisi peran serta pemuda di bidang ekonomi pun, menurut dia, masih sangat rendah bila di bandingkan beberapa negara ASEAN lain seperti Malaysia dan Singapura. Ketidaksiapan pemuda Indonesia menghadapi MEA, ujarnya,  sebagai sebab jangka panjang kurang seriusnya pemerintah.

Ketidaksiapan tersebut, pada kebijakan untuk menyiapkan generasi muda yang memiliki kompetensi tinggi untuk bersaing di tingkat ASEAN.

“Langkah yang paling nyata adalah kesiapan keterampilanskill wirausaha muda, sangat menentukan keberhasilan Indonesia dalam menghadapi MEA dan bonus demografi,” ujarnya.

Selain keterampilan individu juga perlu ditanamkan ideologi bangsa bagi pemuda agar tidak kehilangan identitas nasionalisme. Di internal PMII sendiri, pihaknya mengakui telah mempersiapkan berbagai cara agar para kader sejak awal menjadi bagian dari berlakunya pasar bebas ASEAN, di segala bidang.

Dimulai peningkatan kapasitas, kualitas, serta religiusitas, sehingga kader PMII bisa bersaing di tingkat lokal maupun internasional.

“Dengan demikian, setidaknya PMII dapat meminimalisir efek negatif pasar bebas yang tidak hanya bebasnya persaingan produk asing, namun juga sumber daya manusia,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement