REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-- Animo peserta berusia Musabaqah Qur’an dan Hadist tingkat Nasional VII berindikasi positif.
Seperti peserta bernama Ade Wiranata (22 tahun) yang memiliki cita-cita untuk mengkhatamkan hafalannya hingga genap 30 juz. “Saat ini masih ikut kategori sepuluh juz,” ujar Ade, Rabu (11/3).
Ia mengaku baru memulai menghafal selepas tamat SMA dengan masuk Pondok Tahfidz Qur’an di bilangan Pondok Gede, Jakarta. Mahasiswa Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) itu menilai tidak ada hal yang sulit dalam menghafal Alquran.
“Mungkin sulitnya adalah menumbuhkan keinginan untuk mau membuka Alquran. Tapi setelah itu, insya Allah semuanya mudah,” ujarnya.
Meski begitu, ia mengaku capaian hafalannya dalam sehari fluktuatif. Terkadang ia bisa menghafal dua halaman sehari namun bisa juga hanya satu halaman. Lingkungan dan rekan hafalan cukup menjadi faktor pendukung. “Tapi tetap saja yang penting adalah komitmen. Setelah itu serahkan saja pada Allah,” ujar Ade.
Ketua Dewan Juri Musabaqah Prof Ahsin Sakho mengakui, banyaknya peserta muda merupakan hal positif. Dari total 120 peserta hampir seluruhnya berusia 25 tahun ke bawah.
“Artinya generasi muda memiliki kecintaan tinggi pada Alquran,” ujar Ahsin.
Faktor keluarga, kata Ahsin, dapat menjadi bekal berharga untuk anak-anak menghafal Alquran. “Kalau keluarga mendukung atau bahkan mendorong tentu sangat bagus sekali,” ujarnya.
Menghafal Alquran, ujarnya, dapat meningkatkan kecerdasan anak-anak. “Intelektualitas mereka akan tinggi dan tentunya memiliki bekal akhlaq yang kuat,” ujar Ahsin.