Selasa 24 Feb 2015 08:18 WIB

Muhammad Khalifah Pilih Dengarkan Paparan Guru Agama Islam

Mualaf (ilustrasi).
Foto: Onislam.net
Mualaf (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- "Aku memilih Islam sebagai agamaku, Alhamdulillah, mantan kafir yang dahulu sesat dan nakal bisa memeluk agama Allah yang sangat mulia ini, " ungkap Muhammad Kalifah mengawali kisahnya. Tak berhenti, santri Pesantren Mualaf Annaba Center mengucap rasa syukur.

Khalifah dibesarkan di lingkungan masyarakat yang mayoritas beragama Islam karena kedua orang tuanya membangun rumah sederhana di lingkungan tersebut. Berbeda dengan kebanyakan orang, di lingkungan tersebut keluarga Khalifah satu-satunya non-Muslim. Lingkungan ini yang membentuk karakter pribadinya.

"Karena lingkungan yang mayoritas muslim maka teman-temanku juga pasti muslim donk", ucapnya bangga seperti dilansir Pesantren Mualaf Annaba-Center, Selasa (24/2).

Pada saat Khalifah berusia tujuh tahun, ia bersekolah di SD Negeri 60 Bengkulu. Di sekolah hampir 100 persen murid beragama Islam. Sering sekali, ia mendapat pilihan yang diberikan oleh ibu guru.

"Tommy (nama Khalifah sebelum memeluk Islam) kamu boleh keluar ruangan karena ini pelajaran agama Islam jadi tidak sesuai dengan agama kamu, atau kamu boleh duduk di kelas tapi jangan membuat keributan dan jangan mengganggu teman-temanmu ya?", kata Khalifah menirukan ucapan gurunya.

Khalifah akhirnya memutuskan menetap di kelas. Pilihan ini diambilnya dengan pertimbangan kebanyakan temannya berada di dalam kelas.  "Aku tak tahu apa yang ibu guru ajarkan kepada teman-temanku. Aku hanya duduk diam, tanpa bertanya kepada ibu guru walaupun ada banyak sekali pertanyaan dalam hatiku yang ingin kusampaikan padanya," ucap dia.

Suatu hari, ibu guru agama menjelaskan bahasan Nabi Isa as. Nabi yang bagi umat Kristen adalah sebagai Tuhan Yesus, tapi tidak dengan umat Islam. "Penjelasan ibu guru kudengarkan dengan seksama, tak terelakkan kadang hatiku juga membenarkan apa yang ibu guru jelaskan. Penjelasannya mirip sekali dengan apa yang telah kupelajari saat ini, Ini sama persis dengan sejarah Tuhanku", katanya.

Sesekali ibu guru membacakan ayat Alquran berikut dengan terjemahannya. Seingatnya, surat yang dibaca olehnya adalah surat Al-Maidah. Seperti sudah digariskan oleh Allah, teman yang duduk sebangku denganku membawa Alquran berikut lengkap dengan terjemahannya. Khalifah pun ikut membaca dan menyaksikan, dan merasa kagum.

"Ternyata di dalam Alquran benar-benar menceritakan sejarah Nabi Isa dengan jelas", gumamnya.

Saat pelajaran itu berakhir, Khalifah pergi dari kelas dan langsung menghadap ibu guru yang mengajarkan agama Islam tadi. "Bu guru tadi ibu kenapa menceritakan Tuhan aku?," tanyanya.

Sang ibu guru tersenyum dan memberikan penjelasan dengan sabar dan lembut. "Begini ya Tommy, Yesus itu bila dalam agama Islam dia bukan Tuhan, melainkan seorang nabi yang diutus oleh Allah, Tuhan Sang Pencipta kepada kaum Bani Israil", kata bu guru.

Singkat cerita, setelah lulus SD, Khalifah melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMP. Namun, Khalifah merasa malu dengan agama lamanya. Dampaknya, ia mulai jarang masuk ke sekolah.

"Satu waktu, aku terkejut melihat teman-temanku yang terbiasa maksiatkini selalu berada di dalam masjid? Seperti percaya tidak percaya, temanku mulai menjelaskan hal itu kepadaku. Hingga pada akhirnya mereka mengatakan bertobat. Kami pun ingin mengikuti jejaknya", ujar salah satu temanku menjelaskan. Bersambung..

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement