Ahad 15 Feb 2015 03:24 WIB

Lomba Hafalan Alquran Internasional Kembali Dihelat

Rep: Nashih Nashrulloh/c83/ Red: Damanhuri Zuhri
Dubes Arab Saudi untuk Indonesia Musthafa Ibrahim Al-Mubarak(kiri)
Foto: deplu.go.id
Dubes Arab Saudi untuk Indonesia Musthafa Ibrahim Al-Mubarak(kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi kembali menggelar Musabaqah Hafalan Alquran dan Hadis yang memperebutkan penghargaan dari Pangeran Sultan bin Abd Aziz Alu Su'ud.

Perhelatan lomba tingkat nasional keenam dan tingkat Asia Pasifik ketujuh itu akan dihelat medio Maret 2015 di Jakarta.

Dubes Arab Saudi untuk Indonesia Mustafa Ibrahim al-Mubarak mengatakan, musabaqah ini merupakan wujud kepedulian dari Pelayan Dua Tanah Suci untuk mempertahankan dua warisan Islam yang berharga.

Dipilihnya Indonesia sebagai tuan rumah karena kedudukannya yang strategis dalam dunia Islam. Pemerintah RI, ujar Ibrahim, memiliki komitmen tinggi terhadap ilmu-ilmu keislaman. 

Perhelatan serupa hasil kerja sama kedua negara di berbagai tingkatan dunia selalu menuai sukses dan disertai peminat yang melimpah.

Kesuksesan ini tak terlepas dari dukungan semua pihak, baik pemerintah maupun para ulama. Ibrahim pun berharap di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, kerja sama ini akan terus berlanjut dan mengalami peningkatan dari berbagai sisi. Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin melontarkan apresiasinya.

Senada dengan Lukman, Musabaqah Hafalan Alquran dan Hadis Nasional dan Asia Pasifik merupakan salah satu wujud dari kerja sama erat antara kedua negara. Hubungan itu, ujar Lukman, memiliki akar sejarah yang kuat.

"Bahkan, sebelum lahirnya NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)," kata politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tersebut seusai meresmikan pendahuluan Musabaqah Hafalan Alquran dan Hadis Tingkat Nasional Keenam dan Tingkat Asia Pasifik Ketujuh di Jakarta, Rabu (11/1) malam.

Lukman menyebut sejumlah tokoh karismatik kebanggaan Indonesia pernah mengenyam pendidikan agama di Tanah Suci pada abad ke-19. Di antaranya, KH Hasyim Asy’ari (pendiri Nahdlatul Ulama) dan KH Ahmad Dahlan (pencetus Muhammadiyah).

Tak ketinggalan Syekh Ahmad Khatib Sambas, putra Indonesia yang dipercaya sebagai imam sekaligus pengajar di Masjidil Haram.

Menag berharap hafalan Alquran dan hadis ke depannya diperkuat dengan studi dan kajian yang komprehensif.

Terlebih, hafalan kedua sumber tuntunan umat Rasulullah SAW itu tak dapat dilepaskan dari ilmu tafsir. Hal ini penting demi mendukung pembangunan peradaban Islam nan gemilang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement