REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak hanya berdakwah secara lisan, para ulama juga diimbau untuk menggiatkan dakwah melalui tulisan.
Imbauan itu disampaikan Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Tengku Zulkarnain saat dihubungi Republika, Kamis (12/2).
Tengku melihat, dakwah secara lisan dan tulisan sama pentingnya. Sebab, dua cara berdakwah tersebut sama-sama digiatkan oleh Nabi Muhammad SAW ketika menyebarkan syiar agama Islam.
"Nabi (Muhammad SAW) itu siang malam ceramah, dakwah menyampaikan syiar agama, tapi juga memerintahkan sahabat untuk menulis. Kalau tidak, tentu wahyu berupa Alquran dan hadis tidak akan tersampaikan hingga saat ini," katanya.
Dalam sejarah Islam, lanjut Tengku, ulama-ulama sudah mentradisikan dakwah melalui tulisan. Ulama-ulama tersebut, di antaranya, Imam Syafi'i, Imam Hambali, dan Imam Maliki.
Mereka telah menerbitkan banyak tulisan yang memberikan kontribusi besar bagi penyampaian ajaran Islam sampai saat ini. "Tulisan-tulisan mereka bahkan mampu bertahan ribuan tahun sampai sekarang," ujar Tengku.
Karena itu, ia sangat berharap tradisi menulis yang dilakukan para ulama terdahulu dilanjutkan. Sebab, faktanya, tulisan mempunyai satu kelebihan dibandingan lisan, yaitu mampu bertahan lebih lama.
Selain itu, hanya ulamalah yang berkompeten menulis ilmu tentang hukum agama yang selanjutnya dapat dibaca dan dipelajari oleh kaum Muslimin yang masih awam.
Imbauan serupa disampaikan Ketua Ikatan Dai Seluruh Indonesia (Ikadi) KH Satori Ismail. Menurut dia, para sahabat telah menganjurkan para ulama untuk giat berdakwah tidak hanya melalui lisan, tetapi juga dibarengi dengan dakwah melalui tulisan.
Dakwah melalui tulisan, kata dia, dapat menjadikan seorang ulama ''abadi''. Maksudnya, karya sang ulama akan terus dibaca dan dipelajari umat meski dia sudah wafat.
"Ulama-ulama terdahulu yang tersisa itu tulisannya saja. Dakwah tulisan itu akan menjadikan ulama abadi sampai hari kiamat," kata Satori.
Seperti halnya Tengku, ia pun mengimbau seluruh ulama, khususnya di Indonesia, untuk giat berdakwah secara lisan dan tulisan. Ikadi sendiri, ungkap Satori, selama ini membuka kesempatan bagi para dai untuk menuangkan dakwahnya dalam bentuk tulisan.