Senin 09 Feb 2015 19:23 WIB

Menyemai Penghafal Alquran dengan Metode Jagung (2-habis)

Rep: c13/ Red: Damanhuri Zuhri
ustaz yusuf mansur
Foto: damanhurizuhri/republika
ustaz yusuf mansur

REPUBLIKA.CO.ID,

Pengasuh Pesantren Tahfidz Daarul Quran Ahmad Slamet menjelaskan, Ustaz Yusuf Mansur dalam membangun pesantren tersebut memiliki misi yang cukup penting. “Ingin membumikan Alquran,” ujarnya.

Selain itu, Pesantren Daarul Quran juga bercita-cita untuk menghasilkan 100.000 penghafal Alquran. Agar misi tersebut terealisasi, maka didirikanlah Pesantren Daarul Quran dan rumah tahfidz di seluruh Indonesia dengan dukungan dari tokoh masyarakat yang berada di daerah.

“Saya juga pernah berkunjung ke Rumah Tahfidz Tarakan. Di sana mereka memiliki konsep rumah panggung yang berdiri di atas laut,” kata Slamet.

Metode jagung hanya diterapkan di rumah tahfidz. Meski tidak menggunakan metode jagung, bukan berarti Pesantren Daarul Quran tidak menggunakan metode khusus untuk membina para hafidz.

Menurutnya, Pesantren Daarul Quran memiliki dua metode, yakni targib dan tarhib. Maksudnya, pihak pesantren menggunakan metode reward dan punishment.

Pada hakikatnya, metode tahfidz yang digunakan di pesantren itu sangat banyak. Menurut Slamet, metode yang dipakai pesantren memang terus berkembang dari waktu ke waktu.

Bahkan, metode menghafal Alquran dengan metode internet pun direncanakan akan diterapkan di pesantren yang memiliki 2000 santri dari seluruh Indonesia itu.

Slamet juga menjelaskan, Pesantren Daarul Quran menggunakan satu guru untuk membimbing 15 santri yang menghafal Alquran. Guru tersebut tidak hanya bertanggung jawab untuk membina santri-santri tersebut.

Guru tersebut juga memiliki tugas untuk memberikan penilaian terhadap para santri. Penilaian yang menjadi wewenangnya berkutat pada kemampuan menghafal Alquran para santri dan akhlak mereka juga.

Menurut Slamet, para guru tidak akan memberikan nilai bagi santri yang belum hafal. Mereka akan memberikan nilai sampai para santri itu benar-benar hafal.

Slamet menyatakan, Pesantren Daarul Quran juga memiliki konsep kelas untuk membagi-bagi para santrinya. Menurutnya, pesantren telah membagi tujuh kelas sesuai dengan kemampuan para santri.

Kelas ini tidak dilihat berdasarkan usia, tapi kemampuan mereka dalam menguasai ayat-ayat Allah SWT. “Kelas pertama bagi yang masih awam, terus kelas dua untuk santri yang sedang menghapal juz satu hingga lima, dan seterusnya,” ujar Slamet.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement