REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada mulanya, kaligrafi sangat identik sebagai sebuah karya seni berupa tulisan indah yang berasal dari bangsa Arab atau Timur Tengah.
Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, perkembangan seni kaligrafi mulai meluas bahkan hingga ke Eropa Barat dan Asia Timur.
Seperti halnya di Indonesia, perkembangan seni kaligrafi di China bermula dari masuknya ajaran Islam melalui jalur perdagangan.
Pedagang-pedagang Arab dan Persia kemudian melakukan kawin campur dengan suku Han. Seni kaligrafi Islam di China merupakan hasil akulturasi dari tulisan Arab dan Kongfusianisme sejak ribuan tahun yang lalu.
Masyarakat Muslim China pada saat itu tumbuh dan berkembang. Orang-orang Islam, yang umumnya merupakan pedagang Arab turut ambil bagian dalam kekuasaan kekaisaran di China.
Seniman-seniman Muslim memiliki kebebasan berkarya dan berseni. Hal tersebut juga mendapat dukungan dari Kaisar dengan memberikan fasilitas berseni dan berkarya bagi para seniman muslim.
Selain itu, kedatangan bangsa Turki Islam juga telah menumbuhkan komunitas-komunitas Muslim di China. Komunitas-komunitas muslim inilah yang turut mengembangkan seni kaligrafi Islam China.
Dalam rangka menyambut perayaan imlek tahun 2015, Komunitas Kesenian Kaligrafi dan Lukisan Ningxia-Arab mengadakan pameran kaligrafi dan lukisan.
Pameran mengusung tema Kaligrafi dan Lukisan Ningxia, China. Pameran baru saja digelar 23-25 Januari 2015 lalu di Gedung Candra Naya, Jl. Gajah Mada No.188 Jakarta Barat.