REPUBLIKA.CO.ID, LILONGWE -- Setelah bertahun-tahun diabaikan, komunitas Muslim Malawi telah memperkuat tekad untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak cacat di negara Afrika bagian selatan tersebut. Malawi merupakan negara dengan tingkat buta huruf tertinggi di benua itu.
"Sebagian besar masyarakat pedesaan di Malawi, beberapa keluarga tidak menghargai pendidikan bagi anak-anak cacat. Anak-anak ini terkunci di rumah. Mereka dijauhkan dari sorotan publik," ujar Koordinator Nasional Islam Biro Informasi (IIB), Sheikh Dinala Chabulika seperti dilansir Islam Online (30/12).
Ia mengatakan, situasi seperti ini cukup menyedihkan, karena anak-anak kehilangan kesempatan untuk mengakses pendidikan.
Menurutnya, beberapa masyarakat mempercayai anak-anak penyandang cacat sebagai kutukan. Oleh karena itu, orang tua dari anak-anak ini merasa dikucilkan dengan keberadaan anak cacat.
Ia menambahkan, melalui keterlibatan Asosiasi Muslim Guru (Muta), sebuah inisiatif IIB, baik komunitas Muslim dan Kristen merupakan kepekaan pada kebutuhan untuk mendidik anak-anak cacat.
"Kami memberitahu masyarakat, baik Muslim dan Kristen yang cacat tidak harus menjadi alasan untuk mengecualikan anak-anak dalam mengakses pendidikan,'' jelas Sheikh Dinala.
Pendidikan, kata dia, merupakan hak asasi manusia. ''Oleh karena itu, setiap orang harus memiliki hak yang sama tanpa diskriminasi atas dasar cacat," katanya.