REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA—Konsep tasawuf dan etos kerja ternyata bisa saling terkorelasi dan saling melengkapi dalam pelaksanaannya.
"Tasawuf dapat menyeimbangkan orientasi ukhrowi dan duniawi dalam diri seseorang, sehingga dapat merasakan kenikmatan dalam membangun etos kerjanya," kata KH M Mustaghfirin Amin dalam seminar Membangun Etos Kerja dengan Bertasawuf yang diselenggarakan Universitas Islam Indonesia (UII), Kamis (25/12).
Padahal, ujarnya, selama ini kedua konsep tersebut dilihat secara sekilas tampak seperti dua hal yang saling bertolak belakang.
Tasawuf, kata dia, sering dipahami sebagai jalan yang harus ditempuh seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, sehingga berorientasi ukhrowi.
Sedangkan etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya dan penuh rasa tanggung jawab. Dari pengertian tersebut sangat jelas bahwa etos kerja identik dengan orientasi duniawi.
Menurut dia, umat Islam pun sebenarnya memiliki etos kerjanya sendiri yang berpedoman pada Alquran, hadits, dan keteladanan yang pernah ditunjukkan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat dalam membangun peradaban Islam.
Ciri etos kerja yang menonjol dari umat Muslim adalah landasan keimanan, di mana dia diminta untuk bekerja dengan cara yang baik, halal, dan bersungguh-sungguh, tetapi tidak melupakan aspek kepasrahan kepada Allah.
"Segala hasil yang dicapai dalam bekerja bukan semata-mata karena kepintaran dan kerja keras manusia, tetapi juga karena izin dan karunia dari Allah, sehingga tidak terlepas dari aspek syukur," katanya.