REPUBLIKA.CO.ID,
Austria menyambut baik keramahan dan tradisi Islam di Bosnia.
Bosnia merupakan salah satu negara pecahan dari Yugoslavia. Selain Bosnia, ada lima negara lain yang pernah menjadi bagian Yugoslavia, yakni Kroasia, Serbia, Slovenia, Makedonia, dan Montenegro.
Seusai Perang Dunia II, Yugoslavia modern dibentuk. Dari enam republik yang ada di Yugoslavia, Bosnia yang memiliki keragaman etnis dan agama.
Kala itu, Tito memberlakukan kebijakan persaudaraan dan persatuan di Yugoslavia dan melarang penonjolan nasionalisme etnis secara berlebihan.
Meski banyak kalangan menudingnya sebagai pemimpin yang otoriter, di bawah kepemimpinannya berbagai etnis di negeri itu hidup tenang dalam iklim toleransi yang sangat baik.
Muslim Bosnia mengalami masa-masa kelam pada 1992-1995. Mereka mengalami pembersihan etnis yang dilakukan Serbia dan Krosia. Di seluruh Bosnia, masjid secara sistematis dihancurkan oleh angkatan bersenjata Serbia dan Kroasia.
Dua masjid di Kota Banja Luka yang masuk daftar monumen budaya dunia UNESCO, yakni Masjid Arnaudija dan Ferhadija, tak luput dari aksi penghancuran.
Peperangan selama tiga tahun itu pun berakhir setelah ditandatanganinya perjanjian Dayton pada 1995. Seorang sejarawan Inggris mencatat, perang di Bosnia itu menewaskan sedikitnya 250 ribu orang, memaksa dua juta orang mengungsi, puluhan ribu anak perempuan diperkosa, serta lebih dari 3.000 bangunan dan karya arsitektur bersejarah rusak parah.
Perlahan-lahan Bosnia Herzegovina bangkit, rekonstruksi pun dilakukan. Organisasi dan kelompok-kelompok masyarakat di sana saling bekerja sama, bahu-membahu membangun kembali negara yang luluh lantak akibat kecamuk perang.
Organisasi seperti Forum Internasional Bosnia di Sarajevo mendirikan pusat dialog bagi kelompok agama yang berbeda untuk mempererat hubungan.
Organisasi lainnya, Mennonite International Organization aktif membantu pembanguan kembali rumah warga dan bangunan lain yang rusak serta mengadakan program pemulihan mental para pemuda.
Kini, Bosnia Herzegovina sudah benar-benar pulih. Segenap warga bisa menikmati kebebasan beragama yang memang dijamin oleh konstitusi. Jika dulu, terutama saat perang berkecamuk, simbol agama merupakan sesuatu yang langka di jalanan.
Kini, sebagian besar Muslimah Bosnia leluasa mengenakan hijab ke manapun. Bahkan, Wali Kota Visoko, Amra Babic, merupakan seorang Muslimah yang mengenakan hijab. Ia satu-satunya wali kota yang berhijab di Eropa.