Kamis 04 Dec 2014 20:16 WIB
Atribut Natal

Pekerja Diminta Hindari Penggunaan Atribut Ritual Natal

Rep: c01/ Red: Joko Sadewo
Pohon Natal di mal
Pohon Natal di mal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menjelang perayaan Natal, biasanya sejumlah pekerja di swalayan ataupun pelayanan publik akan mengenakan atribut khas Natal. Menurut Nahdlatul Ulama, seorang Muslim perlu menghindari hal ini.

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Malik Madani, menyatakan Muslim hendaknya menghindari pengenaan atribut Natal jika atribut tersebut termasuk bagian dari ritual peringatan Natal. Karena itu, Muslim perlu cermat untuk melihat apakah atribut khas Natal yang dikenakannya merupakan bagian dari ritual peringatan Natal atau tidak. "Kalau itu bagian dari ritual natal, saya kira seorang Muslim tidak boleh untuk ikut-ikutan," terang Malik pada Republika Online (ROL), Kamis (4/12).

Malik menyatakan pernyataan ini bukanlah bentuk dari intoleran umat Muslim, melainkan bentuk pencegahan intervensi terhadap ritual agama lain. Malik menyatakan definisi toleransi perlu diluruskan. Toleransi bukan berarti seorang pemeluk agama dapat mengikuti ritual-ritual agama lain.

Toleransi menurut Malik ialah menghormati dan tidak mencampuri ritual agama lain. "Kalau kita ikut-ikutan segalanya (ritual agama lain), itu bukan toleransi lagi tapi intervensi namanya," lanjut Malik.

Selain itu, Malik melihat pengenaan atribut yang berhubungan dengan ritual Natal berbeda dengan mengucapkan selamat Natal. Menurut Malik, mengucapkan selamat atas hari raya agama lain merupakan bagian dari etika dan tata krama pergaulan. Karena itu, Malik menilai seorang Muslim yang mengucapkan selamat hari raya pada pemeluk agama lain masih dapat ditoleransi. "Tapi kalau sampai ikut-ikutan dalam ritualnya, termasuk dalam tata cara berpakaiannya, saya kira tidak bisa kita benarkan," jelas Malik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement