Rabu 03 Dec 2014 20:21 WIB

Perguruan Tinggi Islam Harus Cetak Takmir Masjid Profesional

Rep: heri purwata/ Red: Damanhuri Zuhri
Anggota takmir masjid
Foto: Republika
Anggota takmir masjid

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia, H Masdar Farid Mas’udi mengatakan ketakmiran masjid harus diarahkan pada pengelolaan masjid yang lebih profesional.  Sehingga perlu ada kerjasama antara pemerintah daerah dan lembaga-lembaga pendidikan tinggi Islam.

Masdar yang juga Rois Sruriah PBNU mengemukakan hal itu pada kuliah umum Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, di Gedung Pusat Administrasi kampus setempat, Rabu (3/12). 

Seharusnya, ungkap Masdar, perguruan tinggi Islam seperti UIN Sunan Kalijaga merancang dibentuknya forum pendidikan dan pelatihan, yang fokus mencetak takmir-takmir masjid yang professional.

Takmir masjid professional ini diharapkan dapat mengembangkan fungsi masjid secara optimal. Masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga  menjadi tempat kegiatan pendidikan, sosial, kesehatan, lingkungan, ekonomi dan kebudayaan.

“Pendidikan dan pelatihan bagi calon-calon takmir masjid profesional meliputi: analisis sosial, perumusan masalah, identifikasi kekuatan dan kelemahan, kerangka pemecahan masalah, manajemen keorganisasian masjid, aksi, kemitraan dan evaluasi,” kata Masdar.

Berdasarkan data Kemenag, lebih dari 800.000 masjid tersebar di Tanah Air. Selain masjid masih ada mushalla yang jumlahnya lebih dari 300 ribu. Selain untuk ibadah ritual setiap saat, di dalam masjid ada kegiatan-kegiatan lain seperti tempat pendidikan Alquran bagi anak-anak.

Selain itu, setiap saat ada perjumpaan jamaah untuk mendengarkan taushiyah, peringatan hari-hari besar keagamaan Islam, sebagai tempat penyampaian informasi kemasyarakat umat dan sebagainya.  “Masjid adalah tempat persemaian segala idea, gagasan dan desseminasi informasi yang sangat efektif,” katanya.

Konstruksi masjid, kata Masdar, terdiri dari dua ruang yaitu ruang dalam dan luar atau serambi. Dua ruangan ini dapat dikatakan sebagai simbul Hablum Minnallah-Hablum Minanas.

Ruang dalam sebagai ruang interaksi vertikal antara manusia sebagai hamba dengan Allah SWT (Hablum Minallah). Sedang serambi masjid sebagai balai umat, pusat hablum minanas, berbagai persoalam sosial keumatan bisa dibahas dan digerakkan.

“Keseimbangan ibadah vertikal dan horizontal yang disimbulkan dalam konsrtuksi masjid inilah yang akan menjamin umat Islam terhindar dari kekalahan dan kehinaan,” kata Masdar menerangkan.

Namun dalam perkembangan zaman, kata Masdar, semakin banyak masjid yang serambinya dipotong atau tidak difungsikan sebagaimana mestinya. Sehingga dikhawatirkan masjid hanya akan digunakan sebagai tempat ibadah saja dan tidak lagi membahas masalah sosial.

Karena itu, lembaga pendidikan seperti STAIN, IAIN dan UIN seluruh Indonesia saat ini lebih memfokuskan perhatiannya ke sektor kemasjidan, agar bisa mengoptimalkan fungsi masjid.

Masjid tidak hanya sebagai tempat peribadatan tetapi juga menjadi ajang pembangunan umat untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement