REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski menderita sakit kaki gajah, Muchlis (22 tahun) pantang menyerah. Bila berjalan, kakinya diseret sebelah. Dengan mengayuh sepeda mencari nafkah. Malam harinya kuliah. Dalam berbagai kesempatan dakwah, ia menyerukan penegakkan syariah dan khilafah.
Tidak kurang dari sepuluh kilometer, warga Gang Kartini (dekat RS Kartini), Bekasi Timur, Jawa Barat ini keliling Kota Bekasi untuk mengantarkan koran. Siangnya, berjualan ikan hias. Meski hasilnya sekitar Rp 25 ribu – Rp 50 ribu per hari, ia tetap bersyukur karena dapat menafkahi diri dan ibunda Reni (70 tahun).
Malamnya, pemuda cerdas yang mendapat beasiswa -di Jurusan Ekonomi Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam PTDI, Lubang Buaya, Jakarta Timur- kuliah. Sepekan sekali mengikuti pembinaan dalam kutlah dakwah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Bekasi. Dalam setiap kesempatan, ia pun mengajak sesama tukang koran, penjual ikan hias atau pun teman kuliah untuk terikat dengan syariah dan turut berjuang menegakkan khilafah.
Kemana pun ia beraktivitas sepeda bututnya selalu menemani. Ia kayuh ke sana ke mari. Namun mengayuh sepeda, dengan kondisi kaki yang besar sebelah kerap membuatnya sangat lelah. “Bila kecapean badan saya suka panas dingin,” ungkap lelaki yang pernah menjalani operasi kaki gajah namun belum membuahkan hasil yang signifikan.
Melalui program Zakat Peer to Peer (ZPP), Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) menggalang dana zakat mal (atau donasi) dari kaum Muslimin untuk dibelikan sepeda listrik ---yang bisa berjalan sendiri tatkala penggunanya lelah mengayuh. Sehingga beban Muchlis pun terkurangi, zakat mal tertunaikan, donasi pun tersalurkan dan kita semua mendapatkan pahala dari Allah SWT. Aamiin.
Agar tidak terlalu payah, #YukBantu #Muchlis miliki sepeda listrik. Klik disini!