Jumat 14 Nov 2014 18:09 WIB

Sudah Bekerja Keras, Perempuan ini Tetap tak Bisa Bayar Kuliah

Wiwien Ambarwati
Foto: Dok Wakaf Alquran
Wiwien Ambarwati

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jualan pulsa, jaga warnet, mocok (pengganti sementara selama musim lebaran) mengasuh bayi pernah Wiwien Ambarwati jalani. Yang penting bagi mahasiswi semester 8 Universitas PGRI Semarang tersebut tetap ada pekerjaan halal agar kuliahnya bisa berjalan, membayar kos dan makan sehari-hari, walaupun mengorbankan kesempatannya pulang kampung saat lebaran.

Pada musim libur lebaran tahun ini pun, warga  RT 2 RW 6, Kadipiro, Jumapolo, Kab. Karanganyar, tidak pulang kampung lagi. Lantaran ia bekerja di sebuah rumah makan di Jalan Raya Mangkang Km 12 Semarang. “Aku bekerja selama seminggu  sebagai karyawan infal di saat yang lain menyibukkan diri dengan persiapan Idul Fitri, berwisata, dan silaturahim ke handai taulan,” ungkapnya.

Dengan bekerja sepuluh jam perhari, ia mengira tak kan terlalu sulit, tapi ternyata capeknya bukan main. Banyak tamu berdatangan, karena waktu itu resto ini satu-satunya rumah makan yang tetap buka saat suasana lebaran.

“Dengan bayaran Rp 40.000 per hari rasanya tak sebanding dengan lelahnya, tak cukup untuk membeli hari Idul Fitriku bersama keluarga. Tapi inilah hidupku, aku tak seperti teman-temanku yang punya segalanya, yang bisa melakukan apapun yang mereka suka,” ujar gadis kelahiran Karanganyar, 3 April 1991.

Hasil kerja selama seminggu Rp 280.000, ia gunakan untuk membayar kost bulanan Rp. 200.000 dan sisanya untuk keperluan lain.

Kemudian di sela-sela aktivitas kuliah, ia mengajar les privat seorang anak kelas 6 SD, seminggu tiga kali dengan bayaran Rp 20.000 sekali pertemuan. Kadang, ia juga membantu tetangga membersihkan rumah atau menimbang gula, minyak, dan gandum di warungnya.

“Aku sudah terbiasa kerja serabutan, sekali kerja Rp 10.000  tak tentu dan tak banyak memang, tapi inilah yang bisa aku lakukan,” ungkap anak yatim tersebut.

Capek? Pastinya. Namanya manusia pasti merasakan capek dengan keadaan ini. Namun Wiwin adalah orang yang selalu bersemangat memperjuangkan masa depannya, yang mungkin akan menjadi masa depan negeri ini. Mempunyai andil dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, itulah impiannya sebagai mahasiswi PGRI.

Saat ini, ia tengah kebingungan untuk menutupi biaya kuliah semester tujuh dan delapan serta biaya KKN dan PPL yang menurut ukurannya sangat besar. Melalui program Indonesia Belajar (IB), Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) mengajak kaum Muslimin mendonasikan sebagian hartanya untuk meringankan beban gadis yang bercita-cita menjadi guru tersebut. Dan semoga Allah SWT memudahkan urusan kita semua di akhirat kelak lantaran telah membantu sesama.

#YukBantu Wiwin, Klik di sini!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement