Kamis 13 Nov 2014 17:06 WIB

Ketika Guru di Inggris Tak Boleh Bercadar

Rep: c 78/ Red: Indah Wulandari
Muslimah Inggris kerap dikaitkan dengan radikalisme dan terorisme.
Foto: AP
Muslimah Inggris kerap dikaitkan dengan radikalisme dan terorisme.

REPUBLIKA.CO.ID,LONDON—Guru perempuan sekolah dasar Islam di Inggris dianjurkan untuk tidak mengenakan penutup wajah atau cadar secara keseluruhan ketika mengajar di kelas. 

Alasannya, para murid perlu melihat wajah dan ekspresi gurunya ketika menyampaikan materi pelajaran. Gerakan, ekspresi merupakan cara lain untuk membaca apa yang dikatakan orang. 

“Islam memandang penting akan pengajaran dan pendidikan yang baik, ekspresi guru menjadi bagian dari kelengkapan pengajaran di kelas,”kata salah satu ulama Islam terkemuka Inggris Dr Sheikh Hojjat Ramzy merespons komentar mantan Uskup Agung Canterbury Lord Williams yang merasa khawatir akan meningkatnya penggunaan niqab di Inggris pada BBC, Kamis (13/11). 

Meski begitu, Dr Ramzy yang juga merupakan Direktur Oxford Islamic Centre ini menyebut, Williams tak perlu memperlihatkan kecemasan yang berlebihan dan mengintervensi penggunaan cadar atau niqab bagi muslimah. 

Ia mengakui, ekspresi wajah dari guru memang menjadi kelengkapan komunikasi dalam mengajar. Sehingga ia berdialog dengan beberapa guru yang menggunakan niqab untuk bersedia melepasnya ketika dia mengajar di kelas agar mudah berkomunikasi dengan anak-anak. 

Penggunaan niqab, ujarnya, adalah tradisi di beberapa negara Islam. Meskipun bukan bagian dari hukum Islam, banyak muslimah melakukannya di seluruh dunia. 

“Meski begitu, mesti diingat bahwa penggunaan niqab adalah bagian dari kebebasan setiap orang untuk memilih,” katanya. 

Jadi, ia menilai pemerintah Inggris tidak perlu mencegah jika mereka ingin menggunakannya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement