Oleh: Ina Salma Febriani
“Diriwayatkan dari Abdullah bin Zaid bin Ashim katanya, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Nabi Ibrahim telah mengharamkan Kota Makkah dan mendoakan keberkahan terhadap penduduknya. Maka sesungguhnya aku pun mengharamkan (memuliakan) Kota Madinah sebagaimana Nabi Ibrahim telah mengharamkan Kota Makkah. Dan sesungguhnya aku juga telah mendoakan keberkahan makanan di Kota Madinah, sebagaimana yang pernah didoakan oleh Nabi Ibrahim kepada penduduk Makkah.” (HR Bukhari dan Muslim)
Tiada pemberian yang paling berharga selain doa. Selayaknya mutiara yang dicari dan didamba ‘isinya’ oleh manusia, maka doa adalah hadiah yang manfaatnya abadi sepanjang masa.
Hadis di atas adalah buah ketulusan doa dari Sang Khalilullah untuk Kota Makkah dengan segenap penduduknya. Haramain, dua kota suci yakni Makkah dan Madinah pun menjadi kota berlimpah berkah karena Nabi Muhammad pun dengan santun membalas doa Nabi Ibrahim, dengan juga menyucikan Kota Madinah.
Dalam kesempatan lain, Nabiyallah Ibrahim juga mendoakan anak keturunannya, hingga sampai kepada Nabi Muhammad. Selanjutnya, Rasulullah pun mengabadikan nama Nabi Ibrahim dalam bacaan shalat (tahiyyat akhir) dalam shalat lima waktu.
Dua insan ini secara tidak langsung mengajarkan kita, umatnya, untuk juga membuka hati dan bersedia mendoakan sesama. Tidak hanya diri sendiri, namun juga kedua orangtua, keluarga, kerabat, hingga seluruh umat Muslim di dunia.
Dalam suatu hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Tiada satu pun yang lebih dihargai oleh Allah daripada doa,” (HR Turmudzi dan Ibnu Majah). Atau dalam redaksi lain, “Siapa yang ingin doanya dikabulkan Allah dalam bahaya dan kesusahan, maka hendaklah ia berdoa dalam kesenangan.” (HR Turmudzi)
Oleh karenanya, dalam surah al-Baqarah (2) ayat 186 disebutkan, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
Ayat di atas mengajak kita untuk yakin seyakin-yakinnya bahwa Allah Maha Pengabul Doa. Jika kita kaitkan dengan salah satu dari sifat Allah (Asmaul Husna) yaitu Al Hayiy yang artinya Maha Pemalu, disana tergambar bahwa sesungguhnya Allah akan malu jika tidak bisa memenuhi permintaan hamba-Nya. Sangat mudah bagi Allah memenuhi satu hamba-Nya sebab Dia tanpa lelah dan kantuk senantiasa mengurus dan membagi-bagikan rezeki untuk hamba-Nya meski tanpa diminta.
Sesuai dengan hadis Rasullullah SAW, “Sesungguhnya Allah Maha Pemalu dan Maha Murah hati. Allah malu bila ada hamba-Nya yang menengadahkan tangan (memohon kepada-Nya) lalu dibiarkannya kosong dan kecewa.” (HR al-Hakim)
Seperti doa cinta yang terpatri dari dua Nabi kita, maka sudah sepatutnya kita mengikis segala bentuk kesombongan, melunakkan hati untuk senantiasa saling mendoakan, agar tercipta perdamaian. Wallahua’lam.