REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Seorang warga Makkah mulai menyadari banyak perubahan dialami kota suci Makkah. Dahulu, ia akan melewati Kabah, perumahan dan pasar hanya dengan berjalan kaki dari rumah menuju toko ayahnya.
Warga Makkah bernama Osama Al-Bar ini mengaku saat itu, Makkah begitu kecil bahkan banyak para peziarah yang bisa duduk disisi Ka'bah dan dapat memandang langsung ke pegunungan. Tempat dimana Nabi Muhammad SAW pernah berjalan-jalan disana.
Sekarang apa yang terlihat di Tanah Suci sangat berbeda, pasar-pasar dan rumah ditepi jalan sudah berganti menjadi monumental menara hotel yang tinggi, indah dan terlihat mewah mengelilingi Masjidil Haram dimana Ka'bah berada.
Terdahulu, bukit-bukit berbatu terjal terlihat jelas dari masjid. Bahkan, penduduk setempat pun harus lebih berhati-hati jika berjalan disana. Kini, semua telah rata dengan tanah dan yang terlihat adalah bangunan bertingkat yang berbaris.
"Ayah saya dan semua orang yang tinggal di Makkah terdahulu tidak akan mengenali tanah suci yang mereka tahu," ujar Al-Bar yang kini telah menjadi seorang Walikota di tanah suci Makkah, seperti yang dikisahkan dalam laman Associated Press.
Ia mengatakan, seluruh umat muslim yang hadir dalam pelaksanaan haji tahun ini mengalami transformasi terbesar dalam sejarah tanah suci.
Teringat olehnya, beberapa dekade yang lalu kota ini adalah daratan rendah dan perjalanan waktu terus merubah kota sedikit demi sedikit. Tetapi, perubahan yang sangat ambisius terjadi pada pertengahan 2000-an. Dimana, kerajaan mengatur perubahan yang besar-besaran lebih dari yang pernah dilakukan.
Apa yang terlihat olehnya sekarang adalah bangunan tinggi, sepeti hotel dan mal yang bersusun hingga di tepi Masjidil Haram. Kini, khas dari lingkungan yang lalu telah menghilang. Bahkan di dekat Ka'bah berdiri gedung pencakar langit tertinggi ketiga di dunia. Dimana, jam raksasa yang disiram dengan lampu berwarna ketika malam tiba berada.
Pembaruan tanah suci ini, mampu menampung tiga juta jamaah haji dari seluruh dunia saat ini. Dan, diperkirakan bisa mencapai tujuh juta orang pada 2040 mendatang. Hal itu pun setimpal dengan anggaran yang harus dikeluarkan. "Sekitar 60 miliar dolar AS yang dibutuhkan untuk membuatnya menjadi sekarang ini. Jumlah itu dua kali lipat dari daerah yang digunakan oleh peziarah untuk beribadah di Ka'bah. Dan, tidak merubah arsitektur pada Ka'bah" lanjut sang walikota.
Ia menceritakan, Kabah dan Pilar yang ada hingga saat ini merupakan peninggalan dari masa besar Ustmaniyah. Meskipun saat ini, peninggalan itu ditransformasi dalam fasilitas modern. Kota yang dulu Al-Bar kenal sebagai kota biasa yang berbatu namun berarti untuk Islam. Kini, menjadi kota besar, dimana setiap tahunnya jutaan Muslim dari berbagai negara dan latar belakang berkumpul menjadi satu. Di satu tempat suci dan diwaktu yang bersamaan mereka dikelilingi oleh rahmat sang Pencipta.