Senin 29 Sep 2014 10:00 WIB

Islamisasi Ilmu Pengetahuan Ismail Raji Al Faruqi

Rep: Amri Amrullah/ Red: Agung Sasongko
Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Ilustrasi)
Foto: Wikipedia
Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Barangkali, nama Ismail Raji al-Faruqi bagi publik Tanah Air memang sedikit asing. Namun, di kalangan cendekiawan Muslim dunia, namanya cukup diperhitungkan dalam menyumbangkan intelektualisme universal dan berbagai proyek keilmuan lain di dunia Barat dan Islam. Ismail Raji al-Faruqi merupakan tokoh intelektual kelahiran Palestina, ia lahir di Jaffa, 1 Januari 1921.

Pada saat itu, Palestina masih berada dalam penjajahan Inggris dan belum diduduki Zionis Israel. AlFaruqi menjalani masa-masa pendidikannya di Lebanon sejak 1926 hingga 1936.

Ia kemudian melan jutkan pendidikan tingginya di Ame rican Univer sity di Beirut Lebanon pada 1941. Sekem balinya dari Le banon, di bawah mandat Peme rintah Inggris, ia kemudian di angkat menjadi gubernur di wilayah Galilea.

Ia menjadi gubernur terakhir di wilayah ini, sebelum akhirnya Zionis Israel mengambil alih wilayah Palestina pada 1947.

Peperangan kelompok Arab dengan Israel untuk mengambil alih kembali Tanah Palestina membuatnya memilih hijrah ke Amerika Sertikat. Di negeri Paman Sam inilah ia kemudian menekuni dunia intelektual dan melanjutkan studi akademik masternya di Universitas Indiana pada 1949. Ia pun mendapatkan gelar master keduanya di Universitas Harvard.

Pengetahuan akademisnya di lembaga pendidikan Barat, tidak membuatnya berhenti menimba ilmu. Al-Faruqi pun kemudian melanjutkan studinya ke Universitas al-Azhar di Kairo Mesir untuk mendalami ilmu-ilmu agama selama empat tahun. Keinginan untuk terus menuntut ilmu ini, tidak berhenti.

Ia kemudian berkiprah sebagai pengajar di Universitas McGill, Mon treal, Kanada, selama dua tahun pada 1959. Setelah akhirnya memutuskan untuk pindah ke Karachi, Pakistan, untuk ikut serta dalam kegiatan keilmuan di Central Institute for Islamic Research. Al-Faruqi terkenal dengan konsep dan teorinya tentang penggabungan ilmu pengetahuan.

Gagasannya itu telah mengilhami berdirinya berbagai megaproyek ke ilmuan, semisal International Institute of Islamic Thougth (IIIT) di Amerika Serikat dan lembaga sejenis di Malaysia.Pada 1972, ia juga mendirikan The Association of Muslim Social Scientist.Wadah bagi ilmuan Muslim di bidang ilmu sosial. Berkat dia pula agenda besar `Islamisasi ilmu pengetahuan' hingga kini tumbuh dan berkembang di berbagai negara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement