Ahad 21 Sep 2014 16:05 WIB

Kesabaran Ringankan Derita

Kata sabar sangatlah mudah untuk diucapkan namun tidak mudah untuk dilaksanakan.
Foto: William-wright.com
Kata sabar sangatlah mudah untuk diucapkan namun tidak mudah untuk dilaksanakan.

Oleh Yadin Burhanudin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesabaran mutlak diperlukan dalam menjalani kehidupan ini, termasuk ketika kita didera sakit. Dunia ini didesain oleh Allah sebagai gudangnya ujian bagi manusia. Tanpa kesabaran, mustahil kita dapat lulus dari ujian tersebut.

Seorang pasien gagal ginjal, misalnya, mutlak harus memiliki kesabaran selama hidupnya. Ia mesti sabar menjalani terapi rutin cuci darah dua kali dalam seminggu meskipun hal itu harus di jalaninya seumur hidup. Jika tidak memiliki kesabaran, mungkin ia akan memilih mogok cuci darah karena merasa terapi tersebut tidak ada ujungnya.

Kesabaran diperlukan tidak hanya sebagai bentuk ikhtiar agar kondisi kita semakin baik. Lebih dari itu, kesabaran akan membuat hati menjadi lapang. Sabar juga akan membuat kita seperti selalu dekat dengan Allah SWT dan mendapatkan pahala tanpa batas.

 

Dalam salah satu firman-Nya disebutkan, "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.

Sesungguhnya, Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS alBaqarah: 153).Di antara faktor yang menjadikan orang bersabar adalah adanya keyakinan bahwa jalan keluar dan pertolongan Allah pasti datang. Setelah kesempitan pasti ada kelapangan, setelah kesulit an pasti ada kemudahan, dan setelah kesusahan pasti ada kesenangan. Keyakinan ini sedikitnya akan meringankan penderitaan ketika kita didera sakit.

Bagaimana agar kesabaran kita bisa meringankan penderitaan? Yang pertama, kita harus yakin bahwa sakit yang menimpa kita tidak seberapa jika dibandingkan dengan segala nikmat pemberian Allah SWT. Bagi pasien gagal ginjal, misalnya, sadarilah bahwa masih banyak nikmat lain yang bisa kita rasakan.

Bukankah kita masih bisa merasakan nikmat penglihatan, pendengaran, bahkan masih bisa merasakan nikmatnya ma kan an lezat. Belum lagi, kita masih diberi keluarga yang me nyayangi kita.

Kedua, hibur diri kita dengan orang lain yang senasib dengan kita. Yakinilah, setiap orang pasti memiliki masalah dan musibahnya masing-masing. Menghibur diri dengan musibah-musibah orang lain termasuk salah satu cara jitu untuk mengurangi kesedihan dan meringankan penderitaan.

Ketika kita ditimpa satu penyakit, ingatlah bahwa orang lain ada yang ditimpa penyakit komplikasi. Ketika kita menderita akibat sakit gigi, lihatlah orang lain yang menderita sakit lever. Ketika kita ditimpa gagal ginjal, tengoklah orang lain yang menderita gagal jantung.

Ketiga, anggaplah enteng penyakit yang menimpa kita. Jangan mendramatisasi penyakit yang ada. Jika mau jujur, permasalahan yang terjadi di dalam hidup kita adalah hasil dari dramatisasi yang dilakukan oleh diri kita sendiri. Kita lebih banyak merasakan penderitaan atas kenyataan yang terjadi sebagai akibat dari karangan kita sendiri, kekhawatiran kita sendiri, dan kepanikan kita sendiri. Ternyata, semua itulah yang membuat kita menjadi merasa tertekan dan menderita.

Karena itu, kendalikan diri sebisa mungkin agar terhindar dari sikap mendramatisasi masalah yang sedang terjadi. Janganlah larut dalam jebakan-jebakan sikap yang mempersulit diri sendiri. Karena, sikap-sikap seperti itulah yang akan semakin memperbesar kesulitan dan penderitaan di dalam diri.

Ingatlah firman Allah SWT, "Allah tidak membebani seseorang, melain kan sesuai dengan kadar kesanggupannya." (QS al-Baqarah: 286). Wallahu a'lam.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement