Ahad 31 Aug 2014 05:55 WIB

NU Diminta Jangan Menjadi Ormas Sub-Ordinat Pemerintah

Rep: c57/ Red: Erdy Nasrul
KH Sahal Mahfudh (kedua dari kiri) semasa hidupnya, saat mengikuti rapat Pleno PBNU bersama Wakil Ketua Rois Aam PBNU KH Mustofa Bisri, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dan Wakil Ketua Umum KH As'ad Said Ali.(ANTARA FOTO/pd)
Foto: Antara News
KH Sahal Mahfudh (kedua dari kiri) semasa hidupnya, saat mengikuti rapat Pleno PBNU bersama Wakil Ketua Rois Aam PBNU KH Mustofa Bisri, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dan Wakil Ketua Umum KH As'ad Said Ali.(ANTARA FOTO/pd)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam (PKTTI) Universitas Indonesia (UI), Abdul Mutaali, menyatakan Nahdlatul Ulama (NU) jangan menjadi ormas sub-ordinat pemerintah.

"Sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia, NU seharusnya menjadi ormas penyeimbang pemerintah, bukan sub-ordinat atau pengekor kebijakan pemerintah," tutur Mutaali saat dihubungi Republika Online, Sabtu (30/8) malam.

Menurut Mutaali, NU terlalu besar untuk menjadi ormas pendukung pemerintah. Bahkan, NU akan rugi jika menjadi sub-ordinat pemerintah.

Melihat situasi saat ini, lanjutnya, NU terkesan menjadi ormas pendukung pemerintah, khususnya pasca kepemimpinan almarhum KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

"NU hanya berani menjadi organisasi penyeimbang pemerintah di masa kepemimpinan almarhum Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Setelah itu, NU tampak selalu mengikuti kebijakan pemerintah," ungkapnya.

Situasi saat ini, jelasnya, memperlihatkan sikap NU yang cenderung mendukung kebijakan pemerintah.

Pertama, pelaksanaan acara Pra Musyawarah Nasional (Munas) dan Konferensi Besar (Konbes) NU yang bertepatan dengan Muktamar PKB di Surabaya pada 29 s/d 31 Agustus 2014.

"Tidak dapat dipungkiri PKB adalah partai yang dilahirkan dari rahim NU. Jadi, pelaksanaan Pra Munas dan Konbes NU itu seakan-akan berkompetisi dengan Muktamar PKB," jelasnya.

Hal ini tentu tidak sehat karena NU dibawa ke ranah politik, ingin menunjukkan siapa yang lebih hebat.

Kedua, pendapat NU tentang permasalahan konflik di Timur Tengah yang selalu sama dengan pemerintah, khususnya Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Badan Intelijen Negara (BIN).

Misalnya, ungkap Mutaali, terkait pemahaman NU terhadap "Islamic State of Iraq and Syria (ISIS)" dan Al-Qaeda yang sama persis dengan pemahaman BIN dan BNPT.

"Dari kedua kasus ini, NU tampak menjadi ormas sub-ordinat pemerintah atau selalu mengikuti kebijakan pemerintah," papar Mutaali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement