Selasa 26 Aug 2014 09:35 WIB

ISIS Kuatkan Kebencian Non-Muslim ke Islam

Rep: C78/ Red: Erik Purnama Putra
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) dan Pendidikan Pelatihan (Diklat) Kementerian Agama Muhammad Machasin
Foto: Kemenag
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) dan Pendidikan Pelatihan (Diklat) Kementerian Agama Muhammad Machasin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Islamophobia alias alergi Islam mulai kembali ditunjukkan seiring munculnya kelompok radikal misalnya Islamic State of Iraq and Syam (ISIS) dan Boko Haram. Kelompok-kelompok radikal tersebut memancing rasa benci yang memang telah timbul di kalangan non-Muslim akibat perjalanan sejarah antara Islam dan Kristen yang tidak harmonis pada masa lalu.  

“Terlebih kelompok itu menggunakan atribut Islam, semakin kuatlah rasa takut dan benci terhadap Islam,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) dan Pendidikan Pelatihan (Diklat) Kementerian Agama Muhammad Machasin sat dihubungi Republika pada Selasa (26/8).

Dalam sejarah, kata Machasin, dunia Islam dan Kristen beberapa kali mengalami benturan hingga berdarah-darah. Diawali dengan penyebaran Islam di wilayah Kristen seperti Romawi Timur, Byzantium dan Andalusia, lalu terjadi pula perang salib, serta perang kemerdekaan yang dilakukan umat Islam terhadap Kristen atau sebaliknya. 

Benturan besar antara Islam dan Kristen, menurut dia, terjadi lebih dari lima kali dalam sejarah. Kemudian, timbulah saling benci dan curiga antara keduanya. Umat Kristen yang lebih dulu ada merasa terganggu oleh keberadaan dan penyebaran Islam yang pesat.

Contohnya, dapat dilihat pada saat ini, dalam kurun waktu 15 tahun di Belanda telah banyak Muslimah berjilbab, juga terdapat banyak halal food di sejumlah negara. Selain konflik sejarah, lanjut Machasin, yang tak boleh diabaikan adalah ketidaksukaan masyarakat non-Muslim akibat perilaku umat Islam itu sendiri.

“Problem Muslim di luar negeri itu misalnya perilaku yang jorok, atau sulit beradaptasi, lalu kemudian muncul ketidaksukaan yang berujung pada Islamophobia,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement