Kamis 21 Aug 2014 14:16 WIB

Mengirim Juru Dakwah ke Tanah Papua (3-habis)

Kegiatan dakwah di Papua.
Foto: Dok AFKN
Kegiatan dakwah di Papua.

Oleh: Hannan Putra     

Tidak ada seleksi khusus untuk mereka yang ingin berdakwah ke Papua. Namun, secara umum, mereka yang akan dikirimkan merupakan tamatan Ponpes Darus Sunnah yang mendapatkan predikat jayyid (baik).

“Ini tidak diwajibkan, siapa yang mau saja. Ada juga yang mau, tapi orang tuanya tidak mengizinkan, ya tidak jadi berangkat,” kata Ubayd.

Tidak seperti Ponpes Darul Ulum, dai yang dikirim Darus Sunnah tidak ditampung oleh lembaga resmi sesampai di Papua. Mereka bebas untuk memilih jalan dakwah masing-masing dan lebih membaur bersama masyarakat.

Ubayd mengatakan, sebenarnya salah satu tujuan dari pengiriman dai ke Papua untuk melahirkan dai-dai lokal. Beberapa putra daerah diajak untuk belajar di Darus Sunnah dengan beasiswa penuh.

Namun sayangnya, mereka yang berasal dari Papua tidak bertahan lama di Darus Sunnah. “Sebenarnya, yang kita harapkan bisa lahir dai-dai dari putra daerah. Namun, mereka tidak terbiasa dengan kehidupan pesantren, jadi keburu pulang,” ujarnya.

Lembaga lain yang juga mempunyai misi mengirim dai ke pedalaman, yaitu Dompet Dhuafa. Program terkait hal ini dinamakan “Bina Sahabat Pedalaman”. Sebelum dikirim, mereka terlebih dahulu dilatih di Corps Dai Dompet Dhuafa (CORDOFA) Institute.

“Program ini dahulunya berjalan di Yogyakarta, kemudian dikembangkan di Dompet Dhuafa lain. Saat ini, pusat ingin mengembangkan program ini dengan menjalin kerja sama dengan cabang Dompet Dhuafa yang ada di daerah,” kata Project Manager CORDOFA Institute Arrazy Hasyim.

Dalam waktu dekat ini, Dompet Dhuafa akan mengirimkan 20 orang dainya ke 20 pedalaman dan 10 orang ke luar negri. “Saat ini, untuk Papua memang belum ada, tapi ini akan kami canangkan,” ujar Arrazy.

Menurutnya, pengiriman dai diawali dari studi tentang tempat-tempat yang kekurangan dai di Indonesia. Di samping itu, landasan pengiriman dai juga berdasarkan permintaan dari warga Muslim setempat.

Studi tersebut kemudian dikembangkan dan dipelajari. Pada akhirnya, didapatkanlah beberapa tempat yang dianggap layak untuk dicanangkan sebagai tempat pengiriman dai.

“Kita teliti, mana daerah yang paling membutuhkan. Seperti salah satu daerah di Karo, Sumatra Utara, di sana ada ulama di Pulau Samosir yang sudah lama meminta dukungan untuk dikirimkan dai,” kata Arrazy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement