REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -Kebersihan diri dan lingkungan merupakan salah satu yang harus diperhatikan jamaah haji selama menunaikan ibadah haji. Apalagi saat ini ada dua penyakit yakni MERS-CoV dan Ebola, yang menjadi perhatian dunia dan perlu diwapadai dan diantisipasi oleh para jamaah haji.
Dengan melakukan kebersihan diri dan lingkungan para jamaah haji khususnya dari Indonesia bisa mencegah dari paparan berbagai penyakit yang lebih banyak disebabkan oleh virus, dan kuman yang terkait dengan kebersihan dan lingkungan.
Menurut Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Geriatri RSUP Dr Sardjito dr Probosuseno, SpPD-KGer, FINASIM ada berbagai hal terkait dengan kebersihan diri dan lingkungan selama menunaikan ibadah haji yakni:
1. Cuci tangan sebelum makan merupakan hal yang penting. Karena tanpa sadar tangan seringkali menjelajah ke mana saja seperti wajah, kaki, ketiak, kadang pantat, mata dan mulut dan lain-lain.
2. Mandi memakai sabun, tetapi untuk bagian kulit tangan dan kaki yang sering terpapar udara luar jangan disabun (terlebih sabun yang keras), karena lapisan minyak yang ada di dalam tubuh dibutuhkan sebagai pelindung. Sehingga tidak mudah gata-gatal dan pecah-pecah yang kadang sampai mengeluarkan darah.
3. Sikat gigi usai makan dan akan tidur.
4. Mengatur tempat istirahat dengan rapi indah meski cukup padat (berjejal), termasuk membuat kesepakatan dengan seluruh penghuni kamar sampai di mana batas daerah suci/bersih sandal atau sepatu boleh masuk. Sehingga bila sudah jelas area bersih dan tidak, para jamaah haji bisa duduk atau tiduran dengan santai dan mantap.
5. Jika bersin atau batuk jangan menghadap ke arah orang lain. Pada saat bersin harus ditutup dengan tisu atau sapu tangan atau ke arah lengan baju sendiri sambil menutup area muklut-hidung. Jika akan membuang ingus sebaiknya satu lobang hidung bergantian, jangan keduanya bersama untuk kesehatan hidung dan telinga, karena ada hubungan antara hidung dengan telinga tengah.
6. Cuci sajadah atau sorban yang sering digunakan sebagai alas sholat atau alas duduk. Cermati bagian yang atas atau bawah yag menempel pada tubuh, agar kulit tidak kontak dengan bagian sajadah atau sorban yang kadang dipakai sebagai alas atau sajadah.
7. Membawa tempat alas kaki (sandal atau sepatu) disaat beribadah di masjid (agar jika pulang bisa langsung tanpa harus kembali ke temoat menaruh alas kaki), jangan dititipkan teman/istri.
''Dari beberapa kejadian yang kami temui ada dua jamaah haji yang kakinya yang satu melepuh dan satunya membusuk. Karena usai thowaf umroh dan sa’i siang hari kedua jamaah haji tersebut terpisah dengan istrinya yang dititipi sandal.
Akhirnya kedua laki-laki tersebut berjalan dengan kaki tanpa alas kaki dan akhirnya luka yang sulit sembuh, karena punya sakit kencing manis (red. diabetes mellitus),''ungkap dr Probo, sapaan akrab Probosuseno.