REPUBLIKA.CO.ID,
Kehati-hatian perlu terus dijaga.
JAKARTA — Di tengah persiapan keberangkatan calon jamaah haji tahun ini, kembali menyeruak kabar soal penyebaran virus mematikan.
Kali ini, virus itu bernama ebola yang dikhawatirkan mengancam para jamaah haji selama di Tanah Suci. Virus tersebut bahkan dinilai lebih berbahaya dari MERS CoV yang belum lama ini menewaskan ratusan orang di Arab Saudi.
Menyikapi hal tersebut, Kementerian Agama (Kemenag) menjamin persiapan kebarangkatan haji tidak terganggu dengan merebaknya virus ebola maupun virus MERS.
"Lagi pula, informasinya masih kasuistik, masih kasus per kasus dan mesti ada penyelidikan," kata Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Abdul Jamil, Senin (11/8).
Meski begitu, kehati-hatian perlu terus dijaga. Ia menyebut, pada 13 Agustus, digelar koordinasi antara Kemenag, Pusat Kesehatan Haji, dan Kementerian Kesehatan, dilanjutkan rapat dengan Kemenkokesra.
Pada saat yang sama, ia berharap Pemerintah Arab Saudi segera mengatasi potensi penyebaran penyakit-penyakit tersebut sehingga tidak sampai mengganggu ibadah tahunan paling akbar bagi umat Islam itu.
Hingga saat ini, kata Abdul Jamil, pemerintah belum sampai ke tahap mengeluarkan travel warning terkait merebaknya virus ebola. Namun, ia juga menekankan, Indonesia tidak boleh teledor dalam menyikapi ebola.
Prinsip antisipatif, lanjut dia, harus dapat memberikan rasa aman dan tidak boleh sampai menyulut kepanikan jamaah. "Jangan kemudian terlalu kita blow up, lalu jamaah jadi takut," tuturnya. Ia pun meminta semua calon jamaah haji tetap tenang.
Sebelumnya, Arab Saudi telah mengeluarkan kebijakan penolakan visa haji untuk beberapa negara Afrika yang dideteksi menjadi basis penularan virus ebola.