Rabu 13 Aug 2014 09:27 WIB

Puasa Bicara al-Sukut wa al-Shumt (1)

Inti puasa shumt adalah menahan diri untuk tidak banyak berkata atau tidak berbicara dengan orang lain.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang/ca
Inti puasa shumt adalah menahan diri untuk tidak banyak berkata atau tidak berbicara dengan orang lain.

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Salah satu ciri puasa khawas al-khawash (sangat khusus) ialah berpuasa bicara, yang di dalam bahasa tasawuf disebut al-Sukut dan al-Shumt. Dalam kamus bahasa Arab dua kata tersebut bermakna sama.

Namun yang digunakan di dalam Alquran, yaitu al-sukut, seperti dalam ayat, “Sesudah amarah Musa menjadi reda (sakata), lalu diambilnya (kembali) luh-luh (Taurat) itu; dan dalam tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat untuk orang-orang yang takut kepada Tuhannya. (QS al-Anfal [7]: 154).

Kata al-shumt digunakan di dalam hadis dan kata-kata hikmah, seperti Man shamata naja (barang siapa yang diam maka akan aman) dan Al-shumt hukmun (Diam itu hikmah).

Istilah lain yang digunakan di Alquran dalam kaitannya dengan puasa, yaitu lan yukallim al-yaum insiyya (tidak berbicara dengan manusia), seperti dikatakan dalam Alquran, “Maka makan, minum, dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia maka katakanlah, ‘Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini’.” (QS Maryam [19]: 26).

Dalam ayat lain diistilahkan dengan la tukallim al-nas, seperti dalam ayat, “Zakaria berkata, ‘Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda.’ Tuhan berfirman, ‘Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat’.” (QS Maryam [19]: 10).

Beberapa istilah lain juga digunakan di dalam hadis, seperti Man ‘arafa Allah kalla lisanuh (Barang siapa yang memahami Allah maka kelu lidahnya), maksudnya amat membatasi diri bicara kepada orang lain dan ia lebih banyak berbicara atau berkomunikasi kepada Tuhannya.

Ali bin Abi Thalib pernah berkata, “Barang siapa banyak bicara maka akan bertambah banyak kesalahannya, orang yang banyak kesalahannya rasa malu dan harga dirinya (wara) sedikit, dan barang siapa yang sedikit wara-nya maka akan masuk neraka.”

Apa pun istilahnya, intinya berpuasa atau menahan diri untuk tidak banyak berkata atau tidak berbicara dengan orang lain, termasuk di sini tidak berkomunikasi visual atau online dengan menggunakan alat komunikasi modern, seperti e-mail atau SMS.

Membatasi diri bicara hanya untuk hal-hal yang sangat penting saja saat seseorang berpuasa maka inilah yang dimaksud salah satu dari puasa khawash al-khawash. Semakin sedikit berbicara semakin berpeluang ia meraih martabat puasa khawash al-khawash.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement