REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Ketua Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, H Husnan Ahmadi mengatakan, anak-anak Kota Mataram berpotensi sebagai hafiz/hafizah atau penghafal Alquran.
"Untuk itu, sekarang ini kami sedang berupaya memberikan bimbingan kepada anak-anak yang berpotensi sebagai hafiz/hafiizah, sehingga kedepan bisa meniru Muhammad Fuadi hafiz asal Kabupaten Bima yang telah mampu menghafal Al Quran 30 juz," katanya di Mataram, Ahad (10/8).
"Saya salut dan bangga kepada hafiz cilik Muhammad Fuadi dalam usia tujuh tahun telah mampu menghafal Alquran 30 juz tidak itu saja, hafiz cilik adal Kabupaten Bima itu juga telah berhasil keluar sebagai juara III Nasional pada lomba hafiz 30 juz di Jakarta," katanya.
Dikatakan, penggemblengan qori dan qoriah serta hafiz dan hafizah dilakukan melalui berbagai kegiatan terutama bagi para santri di pondok pesantren. Dengan adanya penggemblengan qori dan qorian di pondok pesantren tersebut, maka tidak heran sejumlah qori dan qoriah NTB termasuk Kota Mataram berhasil meraih juara tidak hanya nasional tapi juga internasional seperti H Ahyar Rosidi, H Ramli Ahmad dan Hj Nurjanah.
"Untuk itu, jika MTQ Nasional digelar di NTB pada tahun 2016, maka kita selaku tuan rumah jauh sebelumnya akan melakukan persiapan lebih awal, sehingga bisa menjadi juara," katanya.
Sementara itu, Guru Taman Pendidikan Al Quran (TPA) Mataram H Muhammad mengatakan, tradisi mengaji atau belajar Alquran diterapkan sejak usia dini kepada anak-anak. Anak-anak ditampung di TPA dengan mengajarkan metode Iqra dan dengan metode Iqra tersebut anak-anak lebih cepat paham dan lancar membaca.
Dikatakan, biasanya dengan Iqra anak sudah lancar membaca Alquran setelah belajar sekitar enam hingga tujuh bulan, sehingga tidak heran jika sebelum tamat SD anak-anak sudah banyak anak-anak yang menamatkan Alquran.