REPUBLIKA.CO.ID, Penggunaan corak geometris merupakan bagian penting dalam pola arsitektur Islam yang menghindari gambaran makhluk hidup pada setiap bangunan masjid.
Sedangkan, pada kaca patri dan kisi arabes tujuannya untuk memudahkan cahaya masuk ke ruang utama masjid.
Dengan demikian, putra arsitek senior spesialis masjid Ahmad Noe’man ini berusaha merepresentasikan cahaya Allah yang menerangi setiap kegiatan ibadah di dalam masjid ini. “Eksplorasi saya untuk pemaksimalan cahaya, saya terinspirasi Alquran yang mengungkapkan, petunjuk Allah seperti cahaya di atas cahaya,” kata Fauzan.
Selain itu, ia mengungklapkan, hal lain dari desain arsitektur masjid ini, yaitu tidak adanya bangunan tiang di setiap ruang utama masjid. Tidak adanya tiang ini merupakan upayanya untuk meluaskan pandangan jamaah di ruang utama masjid.
Dan, gaya itu pun Fauzan akui memiliki dasar dalil yang kuat, ketika Rasulullah SAW mengimbau agar tetap meluruskan dan merapatkan saf shalat tanpa terputus.
Selain itu, desain yang lain terdapat pada model lampu lampion bergaya khas Maroko yang berjumlah 99 sesuai dengan jumlah Asmaul Husna yang ada.
“Kita mencoba agar arsitektur masjid ini tidak hanya sekadar simbol identitas saja, tapi juga ada makna penghayatan di setiap gaya arsitektur yang ada. Jadi, bukan hanya mengikuti pakem gaya masjid yang sudah ada,” ujarnya.
Ia pun bersyukur sejak awal Masjid Raya Bani Umar didesain hingga diserahkan ke pihak yayasan tidak ada perubahan desain artitektur sampai akhir tahap pembangunan.
Ia yakin desain arsitektur masjid yang ia rancang ini sudah sesuai dengan kaidah dan sarat dengan penghayatan nilai keislaman yang ada.