REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jemaah haji berisiko tinggi, lanjut usia (lansia), iklim (suhu sekitar 40-45 derajat Celcius) dan penyakit MERS-CoV di Arab Saudi yang mendapat mendapat perhatian dunia, merupakan tantangan bagi jemaah haji maupun petugas ibadah haji dari Indonesia tahun
1435 H/2014 ini.
Hal itu dikemukakan Wakil Menteri Kesehatan Prof Ali Ghufron Mukti dalam sambutannya yang dibacakan Staf Ahli Menteri Kesehatan Bambang Sardjono pada saat penutupan Pembekalan Petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Tahun 1435 H/2014 M di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, Sabtu (19/7).
Karena itu, para petugas ibadah haji perlu menyiapkan strategi yang jitu. Apalagi jemaah haji lansia dari Indonesia yang cukup banyak juga menjadi prioritas untuk diberangkatkan. Dari pengalaman selama ini persoalan yang dialami dari tahun ke tahun menunjukkan jumlah jemaah haji yang meninggal terbanyak pada saat di Arofah dan Mina (Armina)m ungkap dia..
Sehubungan dengan hal itu, kata dia, , pada pelaksanaan haji tahun
2014 ada sebanyak 40 petugas haji berkomitmen hanya fokus melayani jemaah haji dan tidak melaksanakan ibadah haji, karena mereka sudah pernah menunaikan ibadah haji. Mereka terdiri dari dokter spesialis, perawat, petugas administrasi, apoteker dan petugas sanitasi dan surveilans dan akan bertugas di Armina.
Selanjutnya Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan Fidiansyah mengatakan selama ini ada separuh dari kematian jemaah haji dari Indonesia yang sedang menunaikan ibadah haji, meninggalnya di Mina. ''Target kamingka kematian jemaah haji dari Indonesia di Armina sekitar 2 per mil. Tahun lalu sudah bisa diturunkan menjadi 1,58 per mil," kata Fidiansyah pada Republika.
Tahun 2013 baru ada empat orang tenaga kesehatan yang berkomitmen hanya fokus melayani jemaah haji di Mina. ''Kami berharap dengan adanya 40 petugas haji yang fokus melayani jemaah haji, angka kematian jemaah haji Indonesia di Mina tahun ini bisa di bawah 1,58 per mil,''tuturnya.
Rencananya ke depan jumlah petugas kesehatan yang fokus hanya melayani jemaah haji dan tidak akan menunaikan ibadah haji, akan ditingkatkan jumlahnya menjadi 50 persen petugas kesehatan. Sehingga semakin turun angka kematian jemaah haji dari Indonesia di Armina.
"Jadi jika ada sekitar 305 petugas kesehatan, maka sebanyak 150 petugas harus berkomitmen untuk fokus melayani jemaah haji dan tidak akan menunaikan ibadah haji. Tentu saja mereka sudah pernah menunaikan ibadah haji, supaya tidak ada beban psikologis," kata Fidiansjah.