Selasa 01 Jul 2014 13:22 WIB
Ditelan Lumpur

Menaklukkan Lumpur Pedalaman Merauke (2)

Al Djufri Muhammad, Dai Merauke, Papua
Foto: Istimewa
Al Djufri Muhammad, Dai Merauke, Papua

REPUBLIKA.CO.ID, MERAUKE -- Pesantren Hidayatullah di Merauke terletak cukup jauh dari kota. Belakangnya laut dan sampingnya perbukitan yang tinggi. Sedangkan di depannya jalan raya besar yang tembus sampai Papua Nugini. Meski dilewati jalur strategis, tapi daerah itu masih sepi. Jarang ada kendaraan yang lewat. Selain itu, beberapa ruas jalan juga rusak.

 

Selain mengurus pesantren, Jufri juga sibuk berdakwah ke pedalaman. Ada beberapa pedalaman yang telah digarapnya, seperti Jagebob, Butul, Muting, Okaba, Alpasera, Tanah Merah, dan daerah pedalaman lainnya. Selain jauh, medan juga sangat menantang. Banyak jalan yang masih tanah liat dan berlumpur.

 

Seperti ketika Jufri hendak berdakwah ke pelosok Tanah Merah. Mereka pergi empat orang dengan menggunakan sepeda motor. Jarak Tanah Merah dari pesantren bisa memakan waktu dua hari. Lama sekali. Di tengah perjalanan, tiba-tiba ada baut roda belakang yang lepas. Motor pun berhenti. Baut itu hilang jatuh di dalam lumpur. Jufri pun mencarinya berjam-jam. Dikubanginya lumpur sampai dalam. Tangannya mengais-ngais lumpur. Akhirnya baut itu ketemu.

 

Lumpur di jalan di pedalaman Papua sangat ganas: dalam dan lebar. Kendaraan Jufri tak jarang yang masuk ke dalam lumpur dan harus diangkat. Itu kenapa, jika dakwah ke pedalaman, Jufri harus dengan empat orang. Jadi, jika motornya macet dan ditelan lumpur, mereka bisa bergantian mengangkat motor. Jika tidak demikian bisa tidak sampai tujuan.

 

Belum lagi jika berdakwah ke pedalaman Papua, Jufri acapkali harus berhadapan dengan orang jahat. Terkadang, ada saja orang yang nyegat di tengah jalan dan minta uang. Jika tidak diberi uang bisa berabe. Apalagi, jika orang tersebut mabuk. Tak jarang bisa melakukan apapun. Namun, untuk daerah sekitar pesantren banyak orang yang kenal Jufri sehingga tak mau menganggu. Jika Jufri lewat mereka bilang: “Ohhh…Pak Guru lewat. Sialakan, Pak!”

 

Meski begitu, Jufri juga pernah jadi sasaran pemabuk. Suatu saat, ayah lima anak ini pulang dari kota beserta istri. Hari sudah larut malam. Jufri pulang mengendarai mobil lawas. Tiba-tiba di tengah jalan mobilnya dihadang oleh seseorang yang sedang teler. Orang tersebut membawa kayu balok. Setelah berhenti, tanpa ada alasan, pemabuk itu memukul mobilnya.

 

Jufri dan istrinya sempat takut. Jufri tidak berani keluar mobil karena bahaya. Pemabuk itu kain ganas. Dipukulnya lagi mobilnya. Jufri hanya bisa berdoa. Tanpa diduga, teman pemabuk tersebut menariknya dan melarangnya:“Sudahlah, Pace. Sudah!”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement