Kamis 19 Jun 2014 22:02 WIB

Filantropi Perusahaan masih Terkonsentrasi di Pulau Jawa

Rep: c67/ Red: Asep K Nur Zaman
Dana filantropi (ilustrasi)
Foto: Republika/ Wihdan
Dana filantropi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di balik fenomena menggembirakan tentang perkembangan pesat kegiatan filantropi perusahaan di Indonesia, bukan berarti tidak ada kelemahan. Perusahaan yang terlibat berikut penyaluran dana kepedulian sosialnya, masih terkonsentrasi di Pulau Jawa.

"Sebesar 83 persen kegiatan filoantropi masih dilakukan oleh perusahaan di Jakarta dan di wilayah Pulau Jawa lainnya," ungkap Direktur Dompet Dhuafa, M Thoriq Helmi, pada public expose Trend Corporate Philantropy In Indonesia: Potensi dan Tantangan Pengembangannya, Kamis (19/6), di Galeri Cafe, Cikini, Jakarta Pusat. Publikasi ini melibatkan Public Research and Advocacy Center (Pirac).

Selain itu, menurut Thoriq, sebesar 36 persen kegiatan dan penyaluran sumbangan terpusat di sekitar Jakarta. Bahkan, kegiatan filantropi cenderung dilakukan di sekitar lokasi perusahaannya.

"Kecenderungan tersebut mengindikasikan keengganan perusahaan untuk menyalurkan programnya ke daerah lain di luar Pulau Jawa, yang sebenarnya lebih membutuhkan bantuan," ujar Thoriq.

Lebih lanjut, Thoriq menuturkan, program pendidikan sebesar 21 persen yang paling mendapatkan perhatian dari perusahaan. Sementara dukungan terhadap bidang kesehatan sebesar 20 persen dan lingkungan 16 persen.

"Program pelayanan sosial, hanya 17 persen dan sebesar 9 persen ditujukan untuk penanganan bencana," ujar Thoriq.

Berdasarkan data tesebut, Thoriq memandang program filantropi perusahaan belum terjadi perubahan yang signifikan. Walau diakuinya, bentuk dukungan dan pendekatan perusahaan dalam menjalankan filantropi mulai berkembang.

Thoriq menambahkan, perusahaan tidak lagi memberikan sumbangan dengan pendekatan karitatif. Melainkan, mulai mengarah pada pemberdayaan.

Dia  mencontohkan, pada program pendidikan, perusahaan tidak hanya memberikan beasiswa atau membangun gedung, tapi juga mendanai riset. Dalam bidang kesehatan, juga tidak hanya terbatas kepada pengobatan gratis, tapi juga melakukan upaya preventif seperti pelatihan kader kesehatan.

Tetapi, berdasarkan hasil penelitiannya, perusahaan belum menjalankan program filantropi secara terencana. Thoriq menilai, perusahaan lebih merespon permintaan dan kebutuhan.

Disebutkan pula terjadi perubahan pola dan mekanisme penyelenggaraan filantropi perusahaan. Selain menyalurkan sendiri sumbangan sosialnya, perusahaan mulai banyak melibatkan pihak ketiga sebagai mitra.

Oleh karena itu, agar kegiatan filantropi terus berkembang, Pirac dan Dompet Dhuafa merekomendasikan sejumlah agenda kerja yang harus digarap bersama. Antara lain, perusahaan perlu didorong untuk memperluas wilayah kegiatan filantropi.

Selanjutnya, kata Thoriq, pengelola filantropi perusahaan perlu meningkatkan kapasitasnya dalam melakukan analisis sosial. Selain itu, melakukan pendekatan dan merancang skema kemitraan perusahaan.

Adanya komunikasi dan pemahaman antara pengelola filantropi perusahaan dan pegiat organisasi sosial, diharapkan mendorong skema insentif yang fair dan adil bagi filantropi perusahaan. "Pemerintah perlu didorong mempermudah dan menyederhanakan regulasi yang berkaitan dengan kegiatan filantropi," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement