Kamis 12 Jun 2014 16:48 WIB

Mohammed Arkoun: Tokoh Muslim Kontemporer (4)

Mohammed Arkoun.
Foto: Temprsree.nouvelobs.com
Mohammed Arkoun.

Oleh: Nidia Zuraya/Syahruddin El-Fikri

Tujuan dari Islamologi terapan ini antara lain untuk menciptakan kondisi-kondisi yang mengguntungkan dalam membebaskan pemikiran Islam dari berbagai tatanan usang dan mitologi yang menyesatkan.

Sedangkan objek studinya adalah masalah aktual yang hangat dibicarakan dan dibahas dalam berbagai kalangan masyarakat Muslim.

Sebagai contoh, Arkoun melihat tradisi yang terkait dengan zaman terbentuknya masyarakat agama, suatu masa yang sarat dengan turunnya wahyu dan para nenek moyang pemeluk setia yang menjadi contoh.

Di sisi lain adalah masalah modernitas mengenai soal-soal ekonomi, sosial, dan politik yang menjadi perhatian besar karena menyangkut masa depan kaum Muslim sendiri.

Dalam kaitannya dengan masalah yang terakhir ini, ada kesulitan bagi umat Islam untuk mengawinkan sikap yang berorientasi ke masa lalu, yang mendambakan sebuah ideologi Islam yang autentik, dengan sebuah peradaban modern yang bersifat material.

Persoalan ini, menurut pandangan Arkoun, harus menjadi perhatian Islamologi terapan dengan menggunakan berbagai disiplin ilmu, seperti sejarah, sosiologi, etnologi, dan linguistik.

Karenanya, ia terus berpikir, merenung, menulis, serta aktif dalam berbagai seminar keilmuan, bukan hanya yang terkait dengan ilmu keislaman saja, tetapi juga ilmu-ilmu sosial. Berbagai persoalan umat Islam di seluruh dunia dipelajarinya dan ia memberikan jalan keluarnya melalui tulisan-tulisannya.

Mohammed Arkoun dikenal sebagai seorang pemikir Muslim yang kritis. Ia tak segan mengkritik setiap pemikiran yang dianggapnya tidak membawa dampak perubahan bagi umat Islam. Ia juga tidak suka terhadap pemikiran-pemikiran orang lain yang justru menghambat daya pikir dan kreativitas umat (jumud, kaku).

Sebagai seorang pemikir yang kritis, ia acapkali berlawanan arah dengan pemikir lainnya. Namun demikian, ia tak pernah khawatir dicap sebagai kelompok atau tokoh yang tidak didukung oleh banyak orang.

Baginya, yang terpenting adalah mengajak umat untuk senantiasa kritis dan mau memikirkan segala yang diciptakan Tuhan untuk diaplikasikan dalam hidup.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement