Kamis 12 Jun 2014 15:29 WIB

Bernostalgia Melalui Naskah (2)

Naskah klasik nusantara.
Foto: Wordpress.com
Naskah klasik nusantara.

Oleh: Nashih Nashrullah

Menyambung Hikayat Siak, di bagian kedua, catatan ini mengangkat pada bagian keduanya,  perihal kejayaan dan masa keemasan Siak yang disertai dengan ketidakmampuan Johor dan periode melemahnya mereka.

Padahal, Johor semula pernah membawahkan Siak. Hikayat yang pernah terbit di Kuala Lumpur oleh Dewan Bahasa dan Pustaka pada 1992 ini bisa ditelusuri di Perpustakaan Nasional RI.

Di bagian lain dari bukunya tersebut, Timothy menegaskan fakta bahwa bahasa Melayu proto telah digunakan ribuan tahun lalu,  oleh masyarakat di kawasan Borneo Barat sampai Semenanjung Malaysia.

Ini bisa dibuktikan lewat inkripsi-inkripsi yang terdapat dalam prasasti-prasasti yang terletak di Palembang yaitu di Kedukan Bukit, Sabokingking, Talang Tuwo, Karang Brahi, Kota Kapur, Palas Pasemah, dan Boom Baru. Sebagian besarnya bertutur perihal kejayaan Sriwijaya di abad ke-7 M.

Kembali ke Kesultanan Siak, Prof Dien Madjid dalam Naskah Kesultanan Siak sebagai Pintu Gerbang Pembuka Kejayaan Melayu-Nusantara mengatakan, di Istana Siak masih banyak manuskrip yang belum diinterpretasikan isinya oleh para ahli. Ia memprediksi sekira 78 ribu lembar naskah arsip masih tersimpan di sana.

Ada yang menggunakan bahasa Belanda, Arab Jawi, juga bahasa Melayu. Manuskrip tersebut isinya beragam, ada yang merupakan tulisan surat-menyurat antarnegara dan menceritakan hubungan seperti apa yang dijalin dengan negeri luar, seperti Tumasik (kini menjadi Singapura) misalnya.

Banyaknya dokumen tertulis sezaman yang lazim disebut naskah atau manuskrip yang tersimpan di istana Siak, menjadi tolok ukur seberapa besar kedudukan kerajaan ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement